Translate

Selasa, 06 Januari 2015

Welcome to Makassar

Sebenarnya perjalanan kali ini adalah untuk sebuah pekerjaan di Selayar. Namun saya, pak Budi sebagai team leader dan pak X (maaf pak, saya lupa nama bapak) sebagai pihak manajemen harus transit di Makassar. Selain itu anggota tim lain yaitu mas Edy, Darman dan mbak Misda adalah orang Makassar sehingga kami berkumpul disini untuk kemudian melanjutkan perjalanan. 

Kami menginap di penginapan yang tidak jauh dari Pantai Losari. Tentu saja saya tidak mau melewatkan acara jalan-jalan walaupun hanya di sekitaran kota saja. Malam hari suasana malam minggu di Pantai Losari gak kalah macet dengan Jabodetabek. Ampun... 

 Malam hari di sekitar pantai

Di sepanjang pantai berjejer para pedagang pisang epe. Pisang epe adalah salah satu makanan khas Makassar yang terbuat dari pisang mentah yang dipipihkan, dibakar, kemudian diberi gula merah cair. Sangat enak dihidangkan ketika hangat. Selain itu juga terdapat beberapa warung makan yang menyediakan ikan bakar. Oiya ada salah satu makanan khas lain dari Makassar yang saya ingat selain coto makassar dan sop saudara, yaitu.. mie titi! Mie kering yang disiram dengan kuah kental, sayangnya lidah saya tidak cocok dengan masakan ini. Tapi kalau dengan ikan bakar+sambal, sop saudara atau coto makassar, lidah saya sangat bersemangat. 

Pada hari Minggu pagi, Pantai Losari berubah menjadi pasar kaget. Beeuhhh... rame bener! Saya pun mengabadikan foto di sekitar pantai, agar tidak dikira hoax.
Ikon Kota Makassar (model tidak termasuk)

Pastinya dalam sejarah kalian tau dong nama pahlawan paling tenar dari Makassar? Yup, Sultan Hasanuddin. Gagah memang, sesuai selera saya, sayangnya beda jaman. Hehehhhee... Pada jaman dahulu Sultan Hasanuddin yang berasal dari Gowa terkenal dengan keberaniannya sehingga Belanda menjulukinya sebagai “De Haantjes van Het Oosten”, yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Nama Sultan Hasanuddin juga diabadikan menjadi nama bandara dan universitas negeri di Sulawesi Selatan. Selain Sultan Hasanuddin juga terdapat banyak pahlawan lain yang berasal dari Sulawesi Selatan. Untuk mengenang jasa para pahlawan ini, di anjungan Losari dibuat sebanyak 20 patung pahlawan, diantaranya patung dari Sultan Hasanuddin, Andi Abdullah Bau Massepe, Syekh Yusuf, Arung Palakka, Andi Sultan Daeng Raja, Andi Lasinrang, L.S. Madukelleng, Ranggong Daeng Romo, Jenderal M. Yusuf, Andi Pangeran Pettarani, Karaeng Patingaloang, Mayor Jenderal A. Mattalata, Pongtiku, Andi Djemma, H. Aroeppala dan lainnya. 
 Anjungan Losari yang dipenuhi patung pahlawan dari Sulawesi Selatan
Beberapa patung pahlawan di Anjungan Losari

Sulawesi Selatan merupakan daerah yang dihuni oleh 4 suku, yaitu suku Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar. Suku Makassar merupakan penduduk asli yang menduduki pesisir selatan pulau Sulawesi dan terkenal sebagai pelaut. Suku Bugis sama halnya dengan Suku Makassar adalah suku pelaut yang sangat pemberani. Kata ayah saya kemungkinan beliau juga memiliki keturunan Bugis tapi entah ke berapa, karena keluarga ayah berasal dari Sumbawa yang pada jaman dahulu merupakan salah satu persinggahan suku Bugis saat berlayar. Suku Toraja adalah suku yang menetap di bagian utara Sulawesi Selatan. Suku Toraja terkenal dengan budaya upacara kematian. Mayat suku Toraja tidak dimakamkan, namun disimpan di dalam goa dan tiap orang yang sudah meninggal akan dibuat patungnya yang diletakkan di luar goa. Selain itu upacara kematian Toraja sangatlah meriah yaitu dengan memotong sejumlah besar hewan ternak. Sedangkan Suku Mandar adalah suku yang menduduki bagian barat Sulawesi. Pada saat dipecah menjadi sebuah propinsi baru yaitu Sulawesi Barat, suku Mandar terpisah dari Sulawesi Selatan. Namun sejarah tetap mencatat bahwa Suku Mandar adalah suku asli penghuni Sulawesi Selatan, hal ini dapat dilihat dari diresmikannya anjungan Toraja-Mandar di Pantai Losari.

Pantai Losari memiliki tiga anjungan, yaitu anjungan Losari, anjungan Bugis-Makassar dan anjungan Toraja-Mandar. Anjungan Bugis-Makassar diresmikan pada Desember 2012. Sedangkan anjungan Toraja-Mandar diresmikan pada Januari 2014. Pada saat saya mengunjungi Makassar anjungan Toraja-Mandar sedang dalam tahap pembangunan.

Anjungan Bugis-Makassar berisi patung becak yang dianggap alat transportasi asli, kapal penisi yang sangat erat dikaitkan dengan suku Makassar dan Bugis, permainan paraga yang menyerupai sepak takraw, serta tarian pepe-pepeka ri makka yaitu tarian adat yang menggunakan api sebagai media utama dan biasa dilakukan oleh para pria.
 Anjungan Bugis
 Anjungan Makassar
 Patung-patung yang menunjukkan ciri khas suku Bugis-Makassar

Di Pantai Losari juga terdapat masjid apung yang sangat menarik, yaitu Masjid Amirul Mukminin. Masjid ini dibangun di atas laut dengan ketinggian tertentu sehingga pada saat laut pasang masjid ini terlihat seperti mengapung. Masjid Amirul Mukminin diresmikan bersamaan dengan anjungan Bugis-Makassar pada Desember 2012 oleh Bapak Jusuf Kalla. Dengan desain modern, dan lokasinya yang tidak biasa membuat masjid ini terlihat sangat cantik. Namun ada hal yang membuat saya kecewa, yaitu para penjaja makanan dan pengunjung di Pantai Losari masih memilki kesadaran yang bisa saya katakan sangat rendah, hal ini terlihat dari banyaknya sampah di pinggiran laut sekitar masjid. Pliss masyarakat Indonesia... Ini wilayahmu yang sudah dibangun dengan begitu indahnya, kenapa kerjamu hanya merusak bukannya menjaganya.

Masjid apung Amirul Mukminin
Sampah yang berserakan, sangat menyedihkan di tengah bangunan yang megah

Tidak banyak memang lokasi yang dapat saya kunjungi di Makassar, karena waktu yang juga sangat terbatas. Saya hanya sekedar berkeliling kota, menikmari Pantai Losari, mencari oleh-oleh dan mampir di Universitas Hasanuddin. Saya pun menyempatkan diri berfoto di fakultas yang sama dengan bidang saya. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Misi om, numpang foto

Semoga semakin banyak kepedulian dari semua penduduk bangsa ini untuk menjaga dan mengelola wilayah lautan yang luasnya sekitar 2/3 dari wilayah Indonesia. Majulah Perikanan dan Maritim Nusantara!! Untuk insan perikanan-kelautan kita samakan slogan : Jaya di Laut, Buaya di Darat. Halaahhh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar