Translate

Selasa, 31 Maret 2015

Taman Safari Indonesia, Cisarua-Bogor



Saya memang memiliki ketertarikan sendiri pada dunia hewan. Saat ini salah satu stasiun TV idola saya adalah NatGeoWild. Maklum di rumah sini kan pake TV kabel sama Indovisi*n, kalo di rumah Bogor mah pake antena doang kagak modal, ada TV aja udah syukur.

Taman Safari Indonesia (TSI),Cisarua-Bogor terletak di Cisarua pastinya, hahahahaa... Nah karena saya adalah perempuan yang punya hobi nyasar, saya tidak bisa menjelaskan lebih detail. Intinya mah ya, kalau mau ke TSI dari Bogor naik aja ke arah puncak, sekitar 10 km setelah Resto Cimory Pinggir Kali (red. Cimory River Side), nah liat deh kanan jalan. Gak bakal nyasar karena banyak penanda jalannya, kecuali kalian orang yang navigasinya lebih buruk dari saya. Saya pernah 2x mengunjungi Safari Siang dan 1x mengunjungi Nite Safari. Jadi ceritanya saya ingin membandingkan antara keduanya.

Safari Siang di Taman Safari Indonesia-Cisarua, Bogor
Saat akan menuju TSI pastikan kita tahu jadwal buka tutup arah puncak, kalau gak ingin sauna di jalanan. Jalur buka tutup biasanya berlaku untuk week end. Hari Sabtu dan Minggu pukul 09.00-11.00 adalah jadwal searah naik ke puncak, sehingga arah dari Jakarta-Ciawi ditutup. Sedangkan pada jam 15.00-18.00 adalah jadwal searah turun sehingga arah dari Bogor-Puncak ditutup. Jadwal buka tutup yang pasti ketika akan bepergian ke arah Puncak, bisa dicek di akun twitter TMC-Polda Metro Jaya.

Harga tiket masuk untuk Safri Siang adalah Rp 140.000,-/orang all in, jadi sudah termasuk keliling melihat hewan, menonton pertunjukkan hewan, dan juga bermain di wahana yang sudah disediakan. Jika membawa mobil pribadi bisa langsung masuk mengelilingi Taman Safari, namun jika tidak membawa mobil pribadi ada kereta keliling yang disediakan, bebas berkeliling dari pagi sampai sore, dengan harga Rp 15.000,-/orang.

Hewan-hewan di Taman Safari diberi lahan yang cukup luas dan dibatasi dengan pengunjung dengan kawat yang dialiri listrik. Jadi kalo dari yang saya tonton di NatGeoWild, si hewan-hewan ini tau kok bahayanya kawat listrik, jadi mereka gak mau mendekat ke arah sana.

Lokasi pertama adalah tempat gajah. Gajah... binatang yang amat besar, belalainya panjang, telinganya lebar, matanya sipit, ekornya kopat-kapit. Kira-kira ada yang tau gak ya?? Kalau ada berarti kita seangkatan, hehehehhee...
Gajah Asia dengan Kuping Lebih Kecil

Setelah lokasi gajah kemudian disusul lokasi-lokasi hewan sebagai berikut :
Tapir...  hewan yang badannya dari kepala sampe depan perut  warna hitam, perut depan sampai belakang warna putih, perut ke belakang sampai kaki ke bawah hitam lagi. Tapir ini mirip-mirip babi tapi moncongnya agak mirip belalai gajah.
Tapir Lagi Makan
Kuda nil... hewan besar yang hobi berantem kalau mau kawin dan merebutkan wilayah. Badannya besar mirip tong. Mulutnya lebar, dengan gigi-gigi bawah panjang.

Mingkem, Nduk


Unta... kalau di Arab yang notabene daerah gurun pasir banyak dijadikan hewan tunggang karena dia memiliki persediaan air dalam tubuhnya, jadi gak mudah haus.

Unta si Hewan Padang Pasir


Beruang madu... beruang dengan ukuran paling kecil diantara jenis beruang lainnya. Sesuai namanya dia gemar sekali makan madu. Mungkin dia tau benar manfaat bee polen.

Mau makan ah...

Llama... mirip dengan Unta, tapi kalau gak salah endemik Amerika. Lebih pendek juga dari Unta.

Llama Minta Disuapin Wortel


Jerapah... ini dia si hewan tinggi. Tinggi jerapah bisa mencapai 5 meter. Singa yang ingin makan jerapah juga harus berusaha mati-matian untuk menaklukannya karena lehernya pan jauh, apalagi tendangan kaki belakangnya bisa mematikan buat si singa.

Jerapah di Leher Panjang


Zebra... saya deskripsikan zebra ini adalah Marty, itu loh yang di film Madagaskar. Lucu, imut, semok berisi, dengan warna tubuh garis-garis hitam-putih. Tapi tiap zebra ternyata punya motif yang berbeda loh. Jadi garis-garis di badan zebra ini mirip sidik jari kita lah ya.
Zebra Berkeliaran di Jalan
Landak... hewan yang satu ini tubuhnya diselimuti duri. Predator yang mau makan dia biasanya sampai pusing dan akhirnya gak jadi bersantap. Malah banyak kasus pertemuan landak dan anjing rumahan berakhir dengan anjing yang lemas karena wajahnya tertusuk banyak duri si landak. Jadi landak ini ketika merasa terancam, dan ada hewan lain yang menyentuh durinya, dia lepaskan itu durinya trus kabur deh.
Burung hantu... burung ini termasuk predator, walaupun tampak seperti pemalas tapi dia jago berburu loh.
Burung Hantu Lagi Sembunyi di Lubang Pohon

Anoa... adalah hewan endemik Sulawesi. Dia sejenis sapi kerdil. 
Anoa

Bison... aslinya dari Amerika Utara. Hewan herbivora dengan kepala besar dan bertanduk, tubuh besar pula dengan punuk di atasnya.
Bison yang Asyik Makan

Singa... si raja hutan. Pemburu terkuat di Afrika. Tapi ada data menyebutkan hanya 30% dari perburuannya yang berhasil. Singa perempuan adalah pencari makanan untuk kelompok. Singa jantan ngapain? Singa jantan mah ngeliatin aja, kecuali merasa singa betina butuh bantuan. Tapi Singa jantan adalah penjaga teritori dan pelindung kawanan. Singa pekerjaan utamanya adalah tidur 20 jam sehari dan hobi kawin, saat musimnya bisa hingga 50x sehari walaupun hanya dalam beberapa detik saja. Begitulah kehidupan si Raja.
Singa Bobo
Harimau... ini juga predator. Tapi dia bukan tipe pengejar seperti singa, harimau lebih suka mengendap-endap mendekati mangsa baru kemudian menerkamnya. Belang-belangnya juga cantik, suka deh.
Harimau Lagi Ditungguin sama Penjaga

Badak... mamalia besar kedua setelah gajah. Punya cula satu atau dua di moncongnya. Pemarah.
Badak Beneran, bukan Minuman Cap Badak

Kambing gunung... kambing yang hidupnya di gunung-gunung terjal, jadi predatornya agak kewalahan saat mengejarnya.
Kambing Gunung yang Nangkring

Beruang coklat... ada banyak jenis beruang, kalau gak salah sih ini beruang coklat. Beruang coklat mirip dengan beruang grizzly, tapi grizzly punya punuk yang besar. Saya suka terpesona sama pembawa acara di NatGeoWild si Casey, yang punya piaraan beruang grizzly namanya Brutus. Pengen juga punya piaraan begitu, tapi mana tahan ngasih makan tiap hari 16 kg.
Entah ini Beruang Coklat atau Beruang Grizzly

Orang utan... ini dia spesies kera terbesar di Asia yang banyak hidup di hutan Kalimantan. Mereka memiliki tubuh besar. Lengan panjang dan berbulu merah kecoklatan. Karena adanya pembabatan hutan, orang utan mengalami tekanan di hutan-hutan Indonesia. Kasian sekali mereka...
Orang Utan Jantan yang Besar dengan Wajah Lebar, Betina yang Menggendong Bayi

Capybara... hewan pengerat terbesar. Hobi berenang juga.
Capybara

Selain hewan-hewan yang sudah saya sebutkan di atas masih ada bermacam-macam hewan lainnya yang saya lupa. Sebagian hewan herbivora di Taman Safari ini menguasai jalanan, jadi para pengunjung harus bersabar menunggu sampai mereka lewat. Kalau hewan karnivora sih alhamdulillah gak ada yang berkeliaran di tengah jalan, horror itu mah jadinya, bayangkan ada Singa ketok-ketok kaca mobil sambil bilang “Neng neng, pengen nyobain nyetir dong”. Mulai deh khayalan tingkat tinggi yang gak penting.

Oiya kami sempat melewati gajah tunggang yang membawa pengunjung berkeliling di atas badannya dan melintas di jalur yang sama. Mereka ini pinter loh. Kalo kita kasih pisang atau wortel dimakan, kalau dikasih duit dia ambil pakai belalainya trus di kasih ke pawangnya. Kamu unyu sekali...
Gajah Tunggang yang Berkeliling
Setelah melintasi berbagai lokasi hewan sampailah di garis finish. Parkirkan mobil dan bersiap menikmati pertunjukkan berbagai macam hewan, menaiki wahana-wahana bermain yang ada, berkeliling lokasi unggas dan Baby Zoo untuk foto-foto.
Lokasi unggas terletak dekat dengan Baby Zoo. Kita akan berjalan melewati berbagai macam jenis unggas, seperti kasuari, cendrawasih, waduuh... gak hapal saya kalau masalah perburungan. Bukan ahlinya.
Macam-Macam Burung
Berbagai wahana juga bisa dinikmati secara gratis karena sudah include di dalam tiket, tapi ada wahana tertentu yang harus membayar lagi seperti kereta gantung maupun 8D theater. Wahana gratis yang bisa dinaiki diantaranya : bianglala, rumah hantu, dan berbagai macam wahana permainan anak.
Untuk pertunjukkan hewan di Safari Siang ada banyak sekali, saat baru masuk loket kita akan mendapat brosur yang berisi jadwal pertunjukkan jadi kita bisa menyesuaikan waktu. Pertunjukkan yang ada antara lain :
  1. Elephant Show adalah atraksi gajah main bola dan lain-lain
  2. Various Animal adalah pertunjukkan gabungan beberapa hewan, dari orang utan, anjing, embek, ular,lupa deh apalagi
  3. Tigers & Lion Show adalah waktu saya nonton ini harimaunya masih umur sekitar 2 tahun, disuruh berdiri sambil minum botol susu, so cute... Trus disuruh ambil daging di tiang yang tinggi, salaman sama pawangnya, dan sebagainya.
  4. Sea Lions Show adalah pertunjukkan singa laut dari nglewati lingkaran, berenang ambil mainan di kolam, dia juga bisa ikut nari-nari.
  5. Birds of Prey adalah atraksi burung di alam bebas, jadi si pawang di lapangan trus burungnya dipanggil muncul deh dari salah satu pohon nan jauh di sana. Pawangnya juga menjelaskan ciri-ciri dan sifat beberapa burung yang ikut dalam atraksi itu
  6. Dolphin Show adalah seperti biasanya atraksi lumba-lumba, berenang menolong orang, nyipratin air ke penonton, lewatin lingkaran. Ada juga berenang dengan lumba-lumba tapi harus bayar lagi. Konon katanya ada penelitian mengatakan suara ultrasonik yang dikeluarkan lumba-lumba dapat membantu penyembuhan anak-anak berkebutuhan khusus.
  7. Safari Theatre nah ini saya belum pernah.
  8. Cowboy Show adalah sebuah pertunjukkan macam di film-film cowboy gitu, ada kuda lari-larian, embek, bebek, om-om, cewek dan sebagainya.
  9. Globe of Death nah ini dia nih, atraksi motor di dalam bola besi. Seru! Pemainnya masih remaja-remaja ganteng gitu, jadi gemes deh tante sama kamu. Tapi beres atraksi pala barbie pusing, karena asap yang bertebaran. Barbie? Plis deh sadar usia.
Atraksi Harimau (Atraksi Lainnya Tidak Terdokumentasi Karena Baterai Abis)

Di sela-sela waktu pertunjukkan sempatkanlah berkeliling Baby Zoo. Ini adalah lokasi bayi-bayi hewan buas yang bisa diajak berfoto. Untuk berfoto dengan tiap hewan harus membayar Rp 15.000.-/orang. Ketika saya kesana yang bisa diajak berfoto adalah bayi singa, bayi harimau bengal India (harimau putih), bayi orang utan dan ular. Lucu sih ya masih bayi, kalau sudah gede masih lucu sih kalau dilihat di TV kalau hadap-hadapan paling pingsan duluan.
Foto-foto di Baby Zoo
Di waktu lain ketika saya ikut teman saya, om Asep (bukan om-om yang sebenarnya, saya hobi saja manggil teman-teman saya dengan sebutan om), kebetulan dia sedang ada keperluan dengan salah satu Cafe di dalam Taman Safari. Karena memiliki kepentingan di dalam, jadi kami masuk gak bayar tiket deh, tapi cuma bisa berkeliling di sekitar Baby Zoo saja. Lumayan lah, namanya juga gratisan kok minta lebih.
Saya, Opik, dan Meler keliling sekitar Baby Zoo bak anak hilang, om Asep ngurusin urusannya deh. Di sekitar Baby Zoo ada kangguru dan berbagai macam kucing besar yang diletakkkan di dalam rumah kaca. Yang membuat saya takjub hari itu adalah Jaguar. Untuk pertama kalinya akhirnya saya tau bahwa Jaguar bisa menyelam. Feeding time Jaguar dilakukan dengan memberikan beberapa potongan daging, ada yang diletakkan di ujung tiang, dimasukkan dalam air kolam dengan kedalaman sekitar 2m, dan ada pula yang diletakkan di tanah. Jadilah si Jaguar memanjat tiang dan menyelam. Kamu luar biasa.., gagah banget deh!
 Me & Jaguar

Nite Safari di Taman Safari Indonesia-Cisarua, Bogor
Nite Safari ini adalah jalan-jalan perdana saya setelah ditinggal ibu pergi. Sebelumnya saya sempat nonton bioskop “Doraemon” sama Icha, berakhir dengan saya menangis heboh gara-gara si Doraemon pergi ninggalin Nobita. Saya juga pernah jalan dengan Sofyan ke mall, ngeliat ibu lagi becanda sama anaknya saya pun mewek. Halaah... malah curcol.
Suasana Nite Safari

Harga tiket masuk untuk Nite Safari adalah Rp 150.000,-/orang. Nite Safari hanya diadakan pada hari Sabtu malam. Gate dibuka dari jam 18.00 kalau saya tidak salah mengingat. Saat itu saya pergi dengan Icha, Winda, Mega, om Donald dan om Basuki.
Joget-Joget Sebelum Acara Nite Safari Dimulai

Sebelum acara dimulai para crew TSI menari bersama dengan mengajak para pengunjung. Perbedaan pada Nite Safari adalah semua pengunjung tidak diperbolehkan menaiki kendaraan pribadi, semua harus naik kereta keliling.
Naik Kereta Keliling

Rute perjalanannya dibalik dari rute siang. Jika rute Safari Siang, pertama kali yang dilewati adalah lokasi Gajah, pada Nite Safari lokasi Gajah menjadi lokasi terakhir yang dilalui. Dan menurut saya sifat-sifat hewan nocturnal juga tidak terlihat pada Nite Safari ini.

Pada saat berkeliling menggunakan kereta tidak dipergunakan lampu. Selain itu untuk pengambilan gambar hewan juga tidak diperbolehkan menggunakan blitz, karena kata guidenya dikhawatirkan akan merusak penglihatan hewan, bahkan menyebabkan kebutaan. Ada beberapa suara kejutan yang diberikan untuk pengunjung pada saat berkeliling. Kasian juga sih hewan-hewan jadi terkejut kalau kata saya mah.
Baby Zoo Malam Hari

Kita juga dapat menikmati beberapa wahana bermain, dan juga dapat berfoto bersama dengan hewan-hewan di Baby Zoo. Pada Nite Safari hanya ada 2 pertunjukkan yang diselenggarakan, pertama Various Animal yaitu pertunjukkan gabungan hewan-hewan seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, yang kedua yaitu Fire Dance sekaligus sebagai penutup acara. 
Various Animal Show

Pertunjukkan Fire Dance memang seru dan menantang, ada atraksi tukang masak main pisau, ada akrobat, ada muda-mudi bermain api (makna denotasi bukan konotasi), melewati lingkaran api, memutar-mutar besi dengan api menyala dan sebagainya. Malam di Puncak terasa semakin dingin, dan sekitar jam 22.30 acara pun berakhir.
 Fire Dance

Conclusion (versi Agustin Ross)
  1. Menurut saya tidak ada perbedaan nyata pada berkeliling lokasi hewan saat Safari Siang maupun Nite Safari, hanya saja rute perjalanannya dibalik.
  2. Pada Nite Safari kegiatan yang bisa dilakukan menjadi banyak berkurang, hanya ada 2 pertunjukkan, dan ada beberapa lokasi yang tidak bisa dinikmati seperti lokasi unggas.
  3. Saya agak kasian juga sih dengan kondisi hewan di baby zoo pada Nite Safari, terutama singa saat akan difoto, dia terlihat sangat mengantuk, dan pawang harus memukul tiang agar berbunyi dan membuatnya melek. Apakah Nite Safari tidak terlalu berlebihan dalam mengeksploitasi hewan dan karyawan?
  4. Kesimpulan akhir saya adalah... lebih baik berkunjung pada Safari Siang. Kita bisa mengajak anak kecil dan mengajari berbagai macam hal tentang dunia hewan, selain itu wahana dan pertunjukkan yang ada juga lebih banyak, waktu yang tersedia juga lebih lama, dan lagi hewan dan karyawan tidak akan terlalu tereksploitasi. Kira-kira begitulah menurut saya...

Sayangi hewan dan lingkungan sekitar kita untuk menjaga keseimbangan alam. Pelajaran sejak dini bisa dimulai dari Taman Safari Indonesia. Ikutan promosi begini, semoga digratisin kalau mau masuk TSI lagi. Aamiin.

Rabu, 11 Maret 2015

Surat Terbuka untuk Ibunda Tercinta



“Nada-nada yang indah, slalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku, takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci, tlah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup, telah dia berikan

Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Ooh Bunda... ada dan tiada dirimu kan selalu
Ada di dalam hatiku”


Minggu, 30 November 2014
“Lagi ngapain, nak?” tanya ibu dari seberang telpon.
Kami pun mengobrol ngalor ngidul. Aku menceritakan bahwa tengah malam baru sampai dari Batam. Ibu pun bercerita bahwa subuh itu baru tibadari Denpasar setelah mengunjungi dua cucu kesayangannya.

Tak ada pertanda atau firasat apapun yang kurasakan. Tanpa kusadari, waktu ternyata berputar sangat cepat.

Selasa, 2 Desember 2014
Sore itu sepulang dari bekerja, mbak Lia menelpon. 
“Dimana, tin? Sudah dihubungi ayah?” tanya mbak Lia. 
“Di stasiun Tanah Abang. Baru mau pulang ke Bogor. Belom. Kenapa, mbak?” jawabku. 
“Ibu pingsan lagi.”  
Aku tercengang.

Ibuku memang divonis jantung koroner akibat diabetes tahun 2005 silam, namun alhamdulillah kondisinya terus membaik. Ramadhan tahun 2013 kondisinya agak kambuh, dan sempat pingsan hingga dirawat di RS dua kali. Namun itu juga alhamdulillah membaik.

Kucoba untuk menghubungi ayahku. Telepon diangkat tapi ayahku tidak banyak bicara, kutanya apakah perlu kutelpon ambulans. “Sudah mau diantar sama mas Dicky, tetangga sebelah.” Dan terdengar suara ibu yang bernafas dengan terengah-engah.
Tanpa berpikir panjang langsung kuputuskan untuk pulang ke rumahku di Jember. Kucoba untuk berpikir jernih, akhirnya aku pun menuju bandara dan segera menghubungi Meler untuk dibookingkan tiket.

Setelah sampai di Soetta kembali kuhubungi ayah. “Ibu sudah masuk ruang rawat inap, sebelumnya di IGD. Sekarang sedang istirahat.” jawab ayahku. Aku agak tenang mendengarnya. Dengan selalu berdoa dan berharap Allah memberikan kekuatan dan kesembuhan untuk ibuku seperti sebelum-sebelumnya.

Sesampainya di Surabaya kembali kuhubungi kedua kakakku dan ayahku, kami pun ber konferensi di telepon. Ayah mengatakan bahwa ibu di rawat di ruang yang digunakannya tahun lalu. Hatiku agak adem mendengar kondisi ibu. Aku dan kedua kakakku memutuskan untuk pulang bergantian. Karena kasian juga kalau kami datang bersamaan dan juga pulang bersamaan, nanti tidak ada yang menemani ibu dan ayah. Ya, anak ibu dan ayahku semuanya berada di luar kota. Mbak Rosa kakak pertamaku tinggal di Gresik,mbak Lia kakak keduaku tinggal di Denpasar dan aku sendiri di Bogor.
 
Rabu, 3 Desember 2014
Aku menuju Jember dengan bis malam. Aku sempat menangis dan dalam doaku aku berharap Ibu tetap kuat dan kembali sehat. Aku belum banyak membahagiakanmu, bu. Aku belum menikah seperti yang ibu mau. Aku belum menjadi dosen seperti yang ibu inginkan. Walaupun ibu tidak pernah mengungkapkan semuanya secara tersurat, tapi aku marasakannya secara tersirat.

Ayahku menghubungiku sekitar jam 3 pagi namun tidak terdengar olehku karena aku tertidur. Subuh aku tiba di Jember dan langsung menuju RS tempat ibu di rawat. Karena sudah pernah kesana tahun lalu aku berjalan santai dan menuju kamar melalui pintu belakang. Kamar yang muat untuk dua orang itu memiliki dua pintu, yaitu pintu depan dan pintu belakang. Langsung kucari sosok ibuku. Tiba-tiba aku shock dan histeris, berteriak memanggil-manggil suster jaga dan membuat kehebohan di RS pagi itu. Kulihat ibuku berlumuran darah di sekitar mulutnya dan bekas darah terlihat di area kasur bagian kepalanya, ibuku telah dipasang oksigen, selang, double infus, kateter dan entah apalagi.

“Baru datang ya, mbak?” tanya suster jaganya.
Ayahku muncul dari arah pintu depan. Rupanya ayahku berniat mencegat agar bisa menjelaskan kondisi ibu, tapi aku telanjur masuk dari pintu belakang dan membuat kehebohan ini. “Coba temui suster kepalanya dan minta dijelaskan tentang kondisi ibu.” ucap ayahku.

Kutemui suster kepala. Dia menjelaskan tentang kondisi ibuku. Ibuku terserang stroke di tubuh bagian kanan. Urea di ginjalnya terlalu tinggi. Gula darahnya tidak stabil. Dan dini hari ibu mengalami pendarahan dari mulut akibat lambung yang luka. Suster menjelaskan bla bla bla tapi tidak ada lagi yang masuk ke otakku. Inti dari penjelasan suster adalah bahwa ibuku saat ini dalam kondisi kritis. Aku hanya bisa menahan air mata.

***

Kuhubungi mbak Rosa dan mbak Lia, meminta mereka untuk segera pulang karena ibu dalam kondisi kritis. Kuminta ayah pulang ke rumah untuk beristirahat, karena kelelahan terlihat jelas di wajahnya yang tidak tidur semalaman menjaga ibu.

Aku pun menghapus air mata dan masuk ke ruangan ibu. Ibu selalu memperlihatkan kondisi tegar di saat apapun, karena itu aku tidak ingin menangis di depan ibu. Ibu dalam kondisi tidak sadar, dan itu berlangsung sejak pingsan kemarin sore. Tapi kulihat ada gerak dari tangan dan kaki bagian kiri. Kucoba mengajaknya bicara karena aku yakin beliau mendengar walaupun tidak dapat bereaksi.

“Bu, Titin pulang. Katanya ibu pengen Titin pulang. Ini Titin udah di sini. Ibu cepet sembuh, ya” kataku sembari memegang tangan kiri ibu. Kucium keningnya dan masih kurasakan aroma darah. Hatiku sakit sekali mendengar suara napas ibu yang tidak beraturan, melihat sisa-sisa pendarahan dini hari tadi, melihat lemahnya kondisi ibu. Ibuku yang kuat, yang tegar, yang sabar, yang selalu menyayangi kami.

Ibuku memang orang yang kuat, apapun sakit yang beliau rasakan sangat jarang sekali mengeluh. Tahun 2005 dua kali masuk RS, tahun 2013 juga dua kali masuk RS tapi tak sedikit pun beliau mengeluh atau menceritakan sakitnya. Ibuku emang orang yang tegar, keluarga kami pernah terpuruk di tahun 2005 hingga 2007 karena tertipu orang hingga ratusan juta, namun ibu yang saat itu masih dalam kondisi sakit pun selalu tegar menghadapi semuanya. Bahkan saat itu ibu yang dalam kondisi sakit harus makan seadanya karena untuk makan saja saat itu kondisinya sangat sulit. Ibuku memang orang yang sabar, sabar dalam menghadapi kami anak-anaknya, sabar dalam menunjukkan hal positif pada anak-anaknya, sabar dalam mengajari kami mengenai segala sesuatu, dan sabar pula mengahadapi orang lain sehingga tidak sedikit tetangga ataupun teman kerja bahkan muridnya yang hobi curhat pada ibu. Ibuku yang dengan semua kasih sayangnya telah mengandung kami 9 bulan lamanya, yang telah menyusui kami, yang karena kami tidak bisa tertidur di malam hari, yang karena teringat kami selalu mendoakan kami agar selalu mendapat yang terbaik. Ibuku yang ketika kami pulang,  selalu memasakkan makanan kesukaan kami. Ketika kami akan kembali ke luar kota ibu akan membuatkan ini itu sebagai bekal. Ketika kami sakit, ibu selalu tidur di samping kami agar mengetahui jika tengah malam kami terbangun atau ada sesuatu yang kami butuhkan. Ketika kami rapuh ibu yang selalu memberi kekuatan secara psikis. Bahkan ketika kami terpuruk atau memerlukan bantuan secara finansial ibu juga yang selalu mengusahakannya untuk kami. Apapun dilakukan untuk kami anak-anaknya.

Kulantunkan ayat-ayat suci untuk memberikan ketenangan pada diriku sendiri dan memberikan kekuatan pada ibu. Kuajak ibuku bicara, walaupun tidak ada reaksi darinya. Kutahan air mataku karena aku tidak boleh terlihat lemah di depan ibuku yang kuat. Kumohonkan pada Allah agar memberikan kekuatan, mengangkat sakit yang dirasakan ibu dan memberikan yang terbaik.

***

Pagi itu sekitar jam 8 pagi tetangga datang menjenguk. Kubisikkan pada ibu “Bu, ditengokin sama tetangga-tetangga nih. Ibu cepet sembuh ya.”

Tetangga pun bengong melihat aku yang lusuh. Memang, karena aku masih dengan kostum yang kugunakan dari kemarin pagi saat berangkat kerja. “Mbak Titin ayo mandi dulu, mumpung ada ibu-ibu disini. Ibu biar kami yang jaga dulu.” paksa seorang tetanggaku. “Mbak titin juga belum makan kan, ini dibelikan ya. Mbak Titin harus kuat karena harus jaga ibu.”

Tidak hentinya aku bersyukur atas apa yang telah Allh berikan pada keluarga kami termasuk tetangga yang baik. Aku pun bergegas untuk mandi. “Bu, Titin mandi sebentar ya. Ibu sama budhe-budhe dulu.” pamitku pada ibu, sebelum masuk kamar mandi.

Ketika hampir selesai mandi kudengar keributan di dalam kamar. Aku pun bergegas untuk keluar. Kulihat tiba-tiba banyak suster berdatangan di kamar itu. Kuhampiri ibuku. Oksigennya sudah dilepas. Aku pun bersimpuh dekat kepala ibuku sambil mencoba mencari detak di nadi dan lehernya. Dokter jaga pun memerintahkan semua orang untuk minggir tapi tetap membiarkan aku bersimpuh di pojok ruangan di samping kepala ibu  sambil memandangi wajahnya. Wajahnya yang begitu tenang. CPR coba dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya menunjukkan hal yang sama. Garis Lurus. Mereka pun mulai berkemas.

Antara menjadi bodoh dan tidak percaya aku berucap “Ibu saya gimana, Dok”.
“Mohon maaf, kami sudah melakukan apa yang kami bisa. Tapi Allah berkehendak lain” jawab Dokter itu yang sepertinya memang sudah sesuai SOP. 
Aku terpaku. Terdiam. Hening.

***

Aku meletakkan tangan ibu di pipiku, sambil bergumam. “Bu, ibu sudah gak sakit ya. Allah sudah angkat sakitnya ibu. Ibu sekarang udah sehat...” Dan wajahku terasa panas menahan butiran kristal yang siap tumpah.

Ayah terdiam berdiri di depanku. Sikapnya sangat tegar. Itulah yang selalu ditunjukkan sosok ayahku, karena dialah satu-satunya lelaki di rumah.

Innalillahi wa inna illaihi rajiun. Selamat berpulang ke Rahmatullah, bu. Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosamu, semoga Allah menerima semua amal ibadahmu, semoga Allah memberikan ketenangan dan penerangan di dalam kuburmu dan semoga Allah menempatkanmu di sisi terbaik-Nya.
 
***

Aku berusaha tetap tegar dan masih duduk memangdangi wajah ibu. Hingga seorang suster datang membuyarkan semuanya. Dia menanyakan keluargajenazah untuk mengurus administrasi di RS. Aku pun berjalan menuju kasir.

Tiba-tiba handphoneku berdering. Kubaca nama yang tertera “mbak Rosa”. Kuangkat telpon dan entah bagaimana tiba-tiba tangisku pecah untuk pertama kali. Bu... aku menangis dan tidak peduli dengan tatapan orang di sekitarku. Aku yang selalu sombong untuk memperlihatkan air mataku, ternyata tidak kuat juga menahan ini semua.

­***

Bu... ketika kita sampai di rumah dengan diantar mobil ambulans, tetangga sudah membersihkan rumah kita, bersiap menyambut kedatanganmu dan menguruskan semua hal. Aku dan ayah hanya duduk untuk menemui tamu. Rumah kita penuh bu, tenda depan rumah yang entah sejak kapan ada di sana, ruang tamu, ruang tengah, ruang belakang dan paviliun, semua orang bersiap untuk mengantarmu. Banyak orang tidak percaya dengan kepergianmu, bu. Mereka masih jelas mengingat bahwa hari Selasa ibu masih beraktivitas seperti biasa dari pagi hingga sore, bahkan ibu sempat berkunjung ke SMA 2 tempat ibu mengajar dulu sebelum akhirnya pensiun tahun 2013. Apakah itu salam terakhirmu dan pamit akan kepergianmu, bu?

Aku menghubungi mbak Lia dan masuk kamar. Kutanyakan pada mbak Lia ikhlaskah jika ibu dimakamkan tanpa menunggu kedatangannya karena dia diperkirakan baru datang ba’da isya. “In syaa Allah aku ikhlas, Tin. Biar aja ibu berangkat dulu, kasian kalau terlalu lama nunggu aku” begitu jawabnya.

Mbak Lia mengucapkan kalimat yang membuat tangis kedua ku pecah tak tertahankan. “Tante... mbak Kinan marah sama bunda. Katanya bunda jahat karena Kinan gak boleh ngobrol sama Yang Ti”.

***

Siang itu ba'da dhuhur, aku dibimbing dan ditemani oleh beberapa orang ibu pegajian dan tetangga untuk memandikanmu. Setelah selesai dimandikan dan dikafani, aku meminta agar wajahmu tidak ditutup terlebih dahulu agar para pelayat dapat melihatmu untuk terakhir kalinya. Wajahmu begitu teduh, bu. Dan aku beberapa kali menghampiri untuk menciumimu.

Mbak Rosa dan suaminya serta lek Tatik dan suaminya tiba di rumah setelah ibu tidur manis di keranda. Lek Tatik adalah panggilanku untuk adik ibu satu-satunya, jaraknya dengan ibu sangat jauh yaitu 17 tahun, sehingga lebih mirip menjadi anak ibu. Kami berpelukan sangat erat, tubuh ini sesak seperti mau meledak.

Bu, sebagian tamu melakukan shalat jenazah di rumah, aku juga mengikutinya. Ketika orang telah selesai sholat Ashar, budhe Sungkono menanyakan padaku" Mbak Titin, ibu saya tutup ya" aku mengangguk. Aku melihat semua orang mengurus ini itu begitu cepat. Ketika kerandamu akan dibawa, entah kenapa aku seperti tidak kuasa berdiri. Aku menangis bu, aku memanggilmu dan aku mengucapakan kalimat yang membuat semua orang menghampiri dan menenangkanku "Ibu... Titin ikut, bu...". Aku tau ini tidak benar tapi itu seperti terucap begitu saja.

Aku, mbak Rosa dan Lek Tatik mengantar kerandamu sampai depan rumah. Dan kau pergi diantar ayah, mas Lukman dan para pelayat laki-laki untuk disholatkan di Masjid dan kemudian dikebumikan.

“Betapa kau sangat berarti
Dan bagiku kau takkan pernah terganti
Kaulah ibuku... cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari, yang slalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu”

Bu..., kami menangis bukan karena kami tidak rela atau tidak mengikhlaskanmu. In syaa Allah kami semua ikhlas karena inilah jalan terbaik yang telah Allah siapkan untuk dirimu. Hanya saja terkadang dada ini terasa sesak ketika mengingat semua kebaikan yang telah kau lakukan untuk kami.

Hari itu adalah hari tersingkat aku bertemu ibu. Tapi hari itu serasa hari paling lama dalam hidupku untuk akhirnya harus melepas ibu...

Kamis, 4 Desember 2014
Pagi-pagi sekali kami pergi mengunjungi rumah barumu, bu. Butiran klistal di mata, tak sanggup kami tahan. Bu... kami akan selalu mengenangmu. Kami akan mengikuti kebaikan yang sudah ibu lakukan dan ajarkan. Kami akan mencoba menjadi anak yang lebih baik lagi. 
 

Ketika sampai rumah dan masuk kamar belakang, kulihat baju batik madura berwarna merah yang diceritakan orang-orang sebagai baju yang ibu pakai ketika berkunjung ke SMA 2 hari Selasa kemarin. Ketika aku masuk kamar ibu, kulihat koran yang sudah dibentuk menjadi pola baju untuk kau buat menjadi baju untuk cucu-cucumu. Ketika aku masuk ke dapur melihat semua yang ada di dapur selalu aku merasa ada sosok ibu disana. Ketika kubuka kulkas dan freezer kulihat segala macam bumbu yang kau buat dan awetkan untuk lebih mudah memasak. Bu... rumah ini semakin sepi tanpa kehadiranmu. Aku tidak lagi bisa bertanya berbagai macam hal kepadamu, aku tidak bisa lagi menceritakan ini itu kepadamu. Terima kasih atas segalanya, bu. Dan maafkan aku yang belum bisa menjadi anak yang baik untukmu.

Jumat, 12 Desember 2014
Bu, Jumat malam itu aku kembali ke Bogor untuk menyelesaikan sisa pekerjaan yang kutinggalkan. Aku merasa ada yang kurang. Biasanya ibu dan ayah akan mengantar aku sampai depan rumah. Hari itu hanya ayah yang mengantarku sampai depan rumah, dan hanya ayah yang memeluk dan menciumku. Di dalam travel yang membawaku ke bandara kutahan butiran air mata yang siap meluap di pipiku. Bu... ayah memberiku sebuah buku. Kata ayah “Dibaca ya selama perjalanan, biar ada gambaran perjalanan ibu”. Ayah pasti paham sikapku yang selalu sok kuat.


Beberapa hari pertama di Bogor aku selalu mengenangmu. Aku ingat bulan April lalu saat ibu berkunjung ke rumah baruku. Ibu ingin menengok kondisi rumahku di Bogor. Bu... rumah ini kudapat dari ibu. Bahkan aku masih memiliki hutang pada ibu puluhan juta rupiah. Tapi setiap kali aku punya rejeki dan mencicil utangku, ibu malah berterima kasih. Bahkan sebagian perabotan dapur ibu yang belikan untukku. Aku tidak tahu apalagi yang harus kutulis tentangmu. Terlalu banyak bu, dan sesak sekali rasanya.

Bu... Kinan belum paham kalau ibu sudah meninggal. Ketika menelponku dia sering bertanya “Tante Titin... Yang Ti nya sudah sembuh?”. Pertanyaan polos yang sering menyiksaku.

Senin, 22 Desember 2014
Bu... ini pertama kalinya kami merayakan hari ibu tanpa menghubungimu. Sesak sekali rasanya dada ini, bu. Dan kuputuskan tidak pergi kemanapun hari itu karena aku hanya ingin menghabiskan waktu untuk mengenangmu.

Bu... aku masih sering menangis ketika mengingatmu. Saat bersama teman-teman semua itu bisa teratasi, namun saat aku sendiri di rumah atau ketika aku sedang sendiri mengendarai motor, aku tidak bisa menahannya, bu.

Oiya bu,  komunitas Buku Berkaki yang digawangi om Ali dan Icha mengajak menulis hal-hal tentang ibu untuk memperingati “Hari Ibu” dan aku juga menulis untuk mengenangmu. Saat menulisnya, tidak terhitung tissu yang kugunakan untuk mengusap air mataku, tapi aku tetap menulis, bu. Aku ingin semua orang tau bahwa waktu bukan milik kita. Allah lah sang pemilik waktu. Kita hanya bisa melakukan yang terbaik, sebelum  waktu kita di dunia berhenti. Dan semoga kisah tentangmu bisa membuat orang lain lebih menyanyangi ibunya, agar tidak timbul penyesalan. Terkadang ada hal yang aku sesali, namun aku sadar itu tidak akan merubah apapun. Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah berbagi cerita, berusaha menjadi lebih baik dan mendoakanmu.

Minggu, 8 Februari 2015
Aku pulang ke rumah, bu... Ini adalah kepulangan yang kujanjikan pada ibu. Aku akan pulang untuk 2 atau 3 bulan, berlibur sembari menunggu pekerjaan baru datang.

Biasanya sosok ibu selalu menunggu di kursi ruang tamu saat kukatakan aku akan pulang. Malam itu aku tidak menemukan sosok ibu.

Bu... malam itu aku bermimpi tentang ibu. Dan saat terbangun aku menjadi linglung, aku bingung ibu masih ada atau sudah pergi. Aku berkeliling rumah mencari ibu. Tapi aku tidak menemukanmu, sampai akhirnya aku tersadar bahwa ibu memang benar-benar sudah pergi.

Sabtu, 14 Februari 2015
Hari itu buku yang memuat tentang sosok ibu launching di Jakarta, bu. Kisahku tentangmu menjadi cerita pembuka. Aku senang namun sedih. Senang karena dapat berbagi dengan orang lain dan sedih karena ternyata ibu sudah pergi.


Banyak orang yang mengatakan bahwa kisahku menyedihkan. Tapi bukankah perpisahan memang akan terjadi, bu? Bukankah kita adalah makhluk Allah dan akan kembali padaNya. Itulah yang selalu ibu dan ayah tanamkan pada kami. Dan itulah yang membuat ibu dan ayah selalu merelakan kemanapun anaknya ingin merantau. Ibu dan ayah juga perantau, ayah dari Sumbawa dan ibu dari Surabaya. Dua kota berawalan huruf S itulah yang menginspirasi dobel S pada nama belakang kami. Ibu dan ayah paham arti pentingnya sebuah perantauan, yaitu ‘Kemandirian’. Dan kalian selalu mengatakan, “Terserah kalian mau kemana, ibu dan ayah ikhlas. Kalian kan cuma titipan dari Allah”.

Bu... aku sudah tidak terlalu sering menangis lagi. Aku tau bahwa aku harus hidup lebih baik, agar ibu juga bangga. Aku akan berusaha mewujudkan apa yang ibu inginkan, menjadi seperti yang ibu harapkan, melanjutkan apa yang ibu kerjakan.

Kamis, 12 Maret 2015
Bu... hari ini tepat 100 hari ibu meninggalkan kami. Aku sudah mulai terbiasa di rumah ini tanpa ibu. Aku sudah mulai membersihkan lemari ibu, tumpukan ‘Buku Fisika’ ibu dan barang-barang ibu yang lain.

Bu... ibu tau kan aku sering bertengkar dengan ayah. Biasanya saat kami bertengkar, ibu akan menghampiri aku dan “ngadem-ngademi” hatiku. Kami memiliki prinsip yang sama namun kami juga banyak memiliki kesamaan sifat keras, itulah yang membuat kami sering cek cok masalah sepele. Sekarang kami masih sering bertengkar, bu. Namun sekarang kami tidak menggunakan emosi, kami hanya bertengkar saling ejek saja sebagai guyonan. Kami sering mengingatmu, menirukan perkataanmu, mencoba melakukan yang biasa kau lakukan, dan kadang kami pergi mengunjungi rumah barumu.

Bu... ibu yang sabar ya menunggu kami. Tidurlah dengan tenang untuk sementara waktu. Kami masih harus melewati jam pasir kami di dunia ini. Ketika saatnya tiba, Titin, ayah, mbak Lia dan mbak Rosa akan jemput ibu. Dan semoga kelak Allah mempertemukan kita kembali di tempat yang indah. Aamiin ya rabbal alaamiin.

Ibuku... adalah wanita terindah yang diberikan Allah kepada kami. Begitu besar kasihmu pada kami, tidak akan pernah ada orang yang mengalahkan kasih sayangmu terhadap kami.
 

“Mother how are you today?
Here is a note from your daughter.
With me everything is okay.
Mother how are you today?”


Your daughter
Agustin Ross