Translate

Senin, 31 Agustus 2015

Kenangan Mantan yang Tertinggal di Bawean

Mungkin nama Bawean tidak setenar nama lokasi wisata-wisata lain. Dan saya yakin banyak juga orang Jawa Timur yang belum pernah mengunjunginya. Saya sendiri awalnya browsing dulu ketika Duta mengajukan nama Bawean untuk destinasi trip kami. Ternyata oh ternyata... Pulau Bawean ini terletak di utara Kabupaten Gresik 😅. Piye to jare wong Jember, Bawean ae ora weruh...
Peta Pulau Bawean

Dan kenapa saya menyebutnya kenangan mantan? Karena ada 2 nama mantan yang harus saya hubungi disini. Yang pertama mas Fendi tempat kami numpang menginap. Yang kedua mas Basith, guide kami. Ya ampuun... Saking shock nya saya menunggu saat-saat mepet keberangkatan baru menghubungi mereka. Khawatir kalau yang saya hubungi ternyata benar sang mantan. Tar dikira saya stalking, males gellaaa. Cewek cantik begini masak iya mau stalking mantan 😂.

Untuk menuju Pulau Bawean kita harus menyeberang dari Pelabuhan Gresik dengan kapal selama 3-4jam dengan ombak yang cukup besar karena ini merupakan perairan laut bukan perairan kepulauan. Harga 1x penyeberangan kelas executive adalah Rp 146.500. 

Saya saat itu pergi ber-16 dengan rombongan teman-teman. Beberapa diantara kami jackpot selama perjalanan. Yang lebih heboh lagi adalah ketika lelehan jackpot Kojo di plastik jatoh ke pundak saya. Maaakkkk... Saya keabisan kata-kata. Untung gak ketularan jackpot juga 😰. Ada pula teman baru saya, namanya Ibnu. Dia yang paling heboh pucatnya. Mungkin dia jackpot heboh karena paginya lupa nggak bayar pas makan soto di Surabaya. Meskipun sebenernya akhirnya duit soto dititipkan pada sopir angkot yang dicarter. Tapi mungkin karena si duit belom sampe ke tukang soto jadi disumpahin deh tu si Ibnu. Hehheheee... Becanda Nu.  

Rombongan trip 16 orang


Siang harinya begitu tiba di Bawean kami dijemput mobil yang bentuknya kayak opletnya si Doel anak sekolahan, mirip tuk-tuk di Thailand lah. Kami langsung menuju lokasi penangkaran rusa. Apa hebatnya rusa di sini? Ternyata rusa di Bawean adalah spesies endemik yang hanya ditemukan di Bawean. Nama latinnya Axis kuhlii. Kalau nama malemnya saya kurang paham sih (dikata banci..!).
Jam 3 sore adalah feeding time si Rusa Bawean

Terdapat sekian luas hektar lahan yang digunakan untuk menangkarkan rusa sebanyak 39 ekor. Penangkaran ini berada dalam pengawasan pemerintah daerah setempat guna melindungi spesies ini. Sehat dan berkembang biak yang banyak ya Rusa Bawean... Agar kamu gak tinggal cerita kayak dinosaurus.


Nampang bersama tuk-tuk

Tujuan kami selanjutnya adalah menikmati sunset di Tanjung gaan (karena orang Bawean rata-rata adalah orang Madura maka lokasi ini sering disebut sebagai Tanjung Ge'eng). Sebuah tanjung yang terbentuk dari karang-karang tajam.

Untuk menuju Tanjung Gaan kami menyewa kapal. Jangan anggap mudah untuk menuju lokasi ini. Turun dari kapal kami masih harus berjalan mengendap-endap agak tidak kejeduk karang. Setelah itu kami harus mendaki tebing karang ini untuk menemukan spot yang sempurna untuk melihat sunset.
Mengendap-endap diantara karang


Memanjat karang untuk mencari spot yang bagus

Perjuangan yang kami lakukan tidak sia-sia. Karena semua itu tergantikan dengan indahnya suasana di atas Tanjung Gaan ini. Jangan lupa, berhati-hatilah karena batuan karang yang menjadi tempat berpijak sangat tajam. Dan nikmatilah senja dan matahari tergelincir yang menyisakan jingga di barat langit.
Karang tajam di Tanjung Gaan


Menanti Matahari Terbenam




Bye sunset, welcome night

Tidak selesai sampai di situ agenda kami hari itu. Setelah perjalanan panjang yang diisi dengan tebak lagu ala eat bulaga, games dari hape Elsa Olaf. Setelah makan malam dan menikmati malam minggu di alun-alun Bawean (jomblo aja sok malem mingguan). Dan setelah Ika kepentok sama cilok tongkol. Kami pun mampir ke sebuah tempat yang dijadikan taman bacaan yang terletak di desa Daun dekat rumah mas Fendi tempat kami menginap. Tujuan mampir adalah karena teman-teman dari Komunitas Buku Berkaki menyumbangkan 2 dus buku untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat sekitar yang menjadi pembaca di taman bacaan.

Setelah perjalanan tiada henti (terutama teman-teman dari Jakarta yang berangkat dari Jumat siang). Akhirnya kami tiba juga di rumah singgah mas Fendi yang alhamdulillah bukan mantan saya yang udah punya anak itu... (Kenapa malah curcol, neng?). Sambil ngobrol, bergantian mandi, dan menggelar badan, akhirnya jam 12 malam semua tertidur dengan pulas (padahal sebenarnya aku ingin tidur dengan kamu, bukan dengan pulas...).

Pagi harinya kami agak bermasalah dengan angkutan yang akan membawa kami. Dan akhirnya ditemukan juga mobil bak yang bisa menampung kami semua. Tujuan pertama kami adalah air terjun Murtalaya. Sebelum tiba di air terjun ini ada sebuah lokasi pantai yang pemandangannya sangat indah dari ketinggian. Sedangkan air terjun Murtalaya yang kami kunjungi hari itu sayangnya debit air nya sedang kecil akibat telah memasuki musim kemarau.
Mobil bak yang mengantar kami berkeliling hari itu


Pantai menuju air terjun Murtalaya



Air terjun Murtalaya yang debitnya lagi kecil

Dan kemudian terjadi miss communication antara saya dan mas Basith, guide kami yang alhamdulillah juga bukan mantan pertama saya 😝. Jadilah acara hopping island molor sampai jam 11 siang.

Kapal mulai berlayar dan tidak lama kemudian terlihat air biru toska yang jernih dan pasir putih panjang yang membentang. Yeaah... Welcome to Gili Noko. 
Ditemani toska beningnya air laut


Goyang oplosan di Gili Noko

Puas mengelilingi pulau Gili Noko kami melanjutkan dengan makan siang di rumah pak Herman pemilik kapal yang terletak di pulau Gili sekaligus numpang sholat . Ada satu masalah lagi yang terjadi yaitu persediaan alat snorkling habis, ini adalah miss saya dengan guide yang kedua. Untungnya beberapa teman sudah membawa alat snorkling sendiri. Beberapa lainnya membawa kacamata renang. 

Dengan peralatan seadanya kami pun mulai dipandu menuju spot snorkling pertama. Di spot pertama saya melihat terumbu karang yang hidup cukup banyak dan terlihat sehat, namun ikan yang berkeliaran tidak terlalu banyak. Bisa jadi bersembunyi diantara terumbu. 

Sedangkan di spot kedua hal sebaliknya yang saya lihat. Tutupan karang mati terlihat lebih banyak. Namun ikan yang saya lihat lebih banyak, bahkan saya sempat melihat seekor ikan yang besarnya kira-kira sepanjang 60cm, saya coba kejar tapi dia kabur. Duuh... Sama ikan aja ditolak. Di situ kadang saya merasa sedih. Oiya, bagi penggemar nemo (clown fish), kalian bisa menemukan banyak sekali anemon yang dihuni oleh si ikan ini. See & enjoy it!
Tumpukan hard coral


Salah satu spot clown fish di anemonnya


Hard coral yang berwarna


Sepertinya jenis acropora sangat dominan

Dan tujuan terakhir kami hari itu adalah Pulau Noko Selayar. Ini adalah lokasi untuk menikmati sunset. Tidak berbeda jauh dengan Pulau Gili Noko pemandangan yang tersaji di sini. Hamparan pasir putih yang membentang dan beningnya air laut yang menyejukkan hati. Yang berbeda adalah kejadian bodoh yang terjadi.

Kejadian pertama kapal mulai memperlambat jalannya karena mendekati terumbu karang yang dikhawatirkan akan kandas. Saya dan Ramdan yang kebelet pipis langsung melipir ke samping kapal sambil berpegangan pada kapal. Dan dengan anehnya malah d belakang kami Dolok snorkling sambil pegangan di kapal. Hanya bisa bengong saya dan Ramdan saat itu, baru ketawa ngakak setelahnya.

Kejadian kedua si Duta a.k.a Princess kebelet pipis juga tapi dia nggak bisa pipis d laut harus di darat. Dan karena panik atau entah apalah dia membawa tas saya yang berisi hape saya dan hapenya serta kamera Icha yang lagi di charge artinya kondisinya terbuka. Dan entah jadi disorientasi atau apa Duta jalannya malah menjauhi bibir pantai. Hebohlah kami yang di kapal. Heboh pertama menertawakan gaya Princess yang nahan pipis sambil bawa tas yang makin lama diangkat ke atas mirip bule kebanjiran di Jakarta. Heboh kedua karena saya ingat barang berharga di dalam tas saya yang notabene bukan dry pack. Dan akhirnya dilakukan penyelamatan terhadap tas saya oleh Dolok dengan membawa kantong plastik dan pelampung. Aya aya wae yeuh 😄


Sosok bule kebanjiran membawa tas fenomenal dan sedang disorientasi


Senja pun datang. Walau tertutup dua bukit, namun keindahan sunset tidak berkurang karenanya, justru di situlah letak keindahannya. Siluet yang dihasilkan pun membuat kami terpesona.
Sunset yang bersembunyi di balik dua bukit


Ciee... Ahmad & Inggrid

Malam hari adalah saat yang dinantikan untuk BBQ ikan. Ikan hasil hunting di pasar pagi harinya dibakar beramai ramai oleh kaum Adam. Kaum hawa mah ngliatin aja sambil nemenin kakak iparnya mas Fendi yang menyiapkan sambal khas Bawean untuk pelengkap makan kami. Dan sambelnya memang cucok bo', endang bambang!


Bakar-bakar ikan oleh kaum adam


Ikan bakar lengkap dengan 3 jenis sambal Bawean


Bagiannya cewek nyuci piring bak abis ada selametan

Tidak banyak memang lokasi yang dapat kami kunjungi di Bawean. Dan terjadi beberapa ketidaknyamanan dalan perjalanan. Semoga teman-teman bisa memakluminya. Tapi yang menyenangkan adalah munculnya orang-orang baru yaitu : Ramdan, Rika, Ibnu, Elsa Olaf, Kiki, Mifta, Ahmad dan Inggrid. Selamat bergabung teman-teman baru dalam grup kami yang suka gak penting ini... 😘