Sebenarnya tujuan utama kali ini adalah menuju Bawean. Namun agar tidak kesiangan dan bisa bertemu dulu dengan mbak Rosa yang tinggal di Gresik, mampirlah saya ke Surabaya. Dari Jember saya naik travel malam hari.
Ketika hampir sampai di Surabaya, saya tertidur dan bermimpi.Dalam mimpi saya, tinggal 2 orang di dalam travel yang belum diantar sopir, yaitu saya dan seorang ibu.
Kemudian sopir
bertanya pada si ibu. "Turun mana, bu?". Si ibu bingung dan akhirnya
saya bantu mencari lokasi dgn google map. Kemudian menemukan lokasi.
Saya pun bertanya "Markukulus ya, bu?"
Ibu di belakang saya menjawab "haa?" dengan nada bingung.
Dan seisi travel terheran-heran melihat
saya. Krik..krik..krik... Suasana sepi. Dan akhirnya saya menjawab
sendiri "ooh... Ngigau" lalu membuka hp untuk menutupi rasa malu.
Huuftt.... Kenapa ada saja kejadian seperti ini. Menjatuhkan harga diri.
Pagi jam 5 saya
sudah sampai di rumah Ina. Ina ini tetangga nenek saya dulunya. Seperti biasa, saya numpang transit dengan seenaknya di rumah orang. Paginya mbak Rosa datang menghampiri ke rumah Ina karena tempat kerjanya tidak jauh dari situ.
Daripada bengong sendirian, akhirnya saya memutuskan berjalan-jalan keliling Surabaya. Sendirian tentunya. Karena
mbak Rosa dan Ina harus bekerja.
Saya dicampakkan
dari becak oleh Ina dan mbak Rosa di House of Sampoerna. Sendiri seperti
anak ilang. Dan saya pun mendaftar untuk Surabaya Heritage Track yang
pertama jam 9 pagi. Free!
Bis Surabaya Heritage Track yang Mengantar Berkeliling
Hari itu bis
Surabaya Heritage Track sudah dibooking oleh anak-anak TK. Beruntungnya ada 2 kursi kosong jadi saya dan seorang cewek
berhasil menyempil. Kami pun berkenalan. Namanya Luluk, asli Banyuwangi
tapi kerja di Surabaya.
Teman Perjalanannya Anak TK lengkap dengan Ibunya
Bis pun berkeliling
sekitaran utara Surabaya. Guide menjelaskan bermacam-macam bangunan.
Pastinya saya lupa semua. Lokasi pemberhentian pertama kami adalah
Perpustakaan Umum Kota Surabaya yang terletak di Balai Pemuda.
Bangunan Perpustakaan Umum Surabaya di Balai Pemuda
Selain buku dari
berbagai jenis genre. Juga terdapat beberapa PC untuk berinternet.
Semuanya free di sini. Sayang abangnya gak free padahal kalo free mau saya
bawa pulang.
Berbagai Macam Bacaan di Perpustakaan Umum
Komputer untuk Berinternet-ria
Pemberhentian
selanjutnya adalah museum Bank Indonesia. Dahulunya ini merupakan
bangunan Bank Indonesia namun setelah pindah ke lokasi baru bangunan ini
dijadikan museum. Kini nama tenarnya menjadi De Javansche Bank.
Koleksi Uang dari Jaman Baheula
Mesin Perusak Uang
Mesin Penghitung Uang
Bangunan Tua di depan De Javansche Bank
Bis pun kembali ke House of Sampoerna. House of Sampoerna
sendiri telah dibuat menjadi museum. Lokasi ini awalnya merupakan panti
asuhan yang kemudian dibeli dan dibangun menjadi pabrik rokok.
Bagian Luar House of Sampoerna
Bahan dan Alat Pembuatan Rokok
Mesin Pencetak Bungkus Rokok
Galery Koleksi Pemilik Pabrik Rokok
Di sini
juga masih digunakan sebagai tempat produksi rokok kretek. Agak lucu
juga saya melihat cara produksinya. Cara buruh bekerja ternyata sangat
cepat. Mereka seperti video yg dipercepat 4x. Iseng-iseng saya menghitung
untuk membungkus 1 bungkus rokok hanya dperlukan 7 detik saja. Bayangkan
gerakannya seperti apa. Namun untuk kegiatan pembuatan rokok ini dilarang untuk didokumentasikan karena merupakan rahasia perusahaan kali yah.
Siang yang terik
membuat saya dan teman baru saya kelaparan. Karena Luluk membawa motor,
saya menebeng. Kami kembali menuju De Javansche Bank. Bukan mau masuk lagi
k museum, tapi kami makan mie yang terletak di depan museum ini.
Selesai makan kami
menanyakan persewaan helm pada tukang parkir. Dan dengan baik hatinya
dia meminjamkan helm miliknya pada saya. Ya ampun bang... Kamu so sweet
banget sih
Kok dia percaya banget ya sama kami. Tanpa jaminan. Mungkin wajah kami kelewat innocent.
Saya dan Luluk
melanjutkan perjalanan kami hari itu ke Tugu Pahlawan. Tugu yang sering
saya lewati saat berada di Surabaya, tapi belum pernah sekalipun mampir
ke sana. Tugu Pahlawan dibangun untuk mengenang keberanian arek-arek Suroboyo pada tanggal 10 Nopember 1945, yang biasa kita peringati sebagai hari Pahlawan.
Tugu Pahlawan Surabaya
Bangunan di Depan Monumen Tugu Pahlawan
Mobil Bung Tomo (Sayang euy, mending Dikasih ke Saya)
Meriam Tembak Jadul
Waktu masih cukup
panjang hingga saat saya bertemu mbak Rosa. Akhirnya kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke Museum Kesehatan. Untuk masuk museum
ini hanya ditarik biaya Rp 1.500/orang.
Ada dua tempat di
museum ini. Pertama lokasi pengobatan modern yang berisi berbagai macam peralatan kesehatan maupun patung anatomi tubuh manusia dan hewan.
Sekolah Kedokteran Jaman Doeloe
Berbagai Macam Alat Kesehatan
Ikatan Kimia Kolesterol (Langsung Pening)
Dan
lokasi kedua adalah kesehatan budaya. Agak bingung juga saya apa maksudnya.
Ternyata berhubungan dengan kepercayaan dan tradisional. Jadi di
dalamnya berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan, pegobatan tradisional, bahkan hal-hal metafisika macam santet, pelet, jelangkung dan sebagainya. Sampe pusing
pala berbi.
Penyakit dari Genetika (Berasa Kuliah Biologi 3SKS)
Bekas Santet, Pelet, etc (Metafisika)
Boneka Jelangkung dan Nini Towok
Kira-kira Ini Buat Apa ya?
Waktu sudah
menjelang sore ketika kami akhirnya memutuskan untuk mengembalikan helm
si tukang parkir. Dari kejauhan terlihat si abang parkir ini wajahnya
lesu. Dan ketika saya melambai sambil berteriak di atas motor "Mas...
Mau balikin helm nih". Si abang mukanya langsung girang dan heboh
sendiri berteriak pada teman-temannya "Wooiiii helmku mbalik". Hahahahaaa....
Ngakak terus saya kalau ingat ini. Mungkin tadinya dia berpikir saya
bakal nyolong helmnya buat djadiin bahan pelet. Maaf ya bang pinjemnya
lama. Dan dia gak mau dbayar. Helmnya balik aja dia bahagia banget. Makasih abang parkir semoga kebaikanmu mendapat balasan lebih banyak.
Luluk & Me
Setiap perjalanan selalu memiliki kisah baru. Seperti halnya pertemanan baru saya dengan Luluk. Yeaaayyy... See You next time