Translate

Sabtu, 13 Juni 2015

Si Bolang (Bocah Ilang) Transit Surabaya

Sebenarnya tujuan utama kali ini adalah menuju Bawean. Namun agar tidak kesiangan dan bisa bertemu dulu dengan mbak Rosa yang tinggal di Gresik, mampirlah saya ke Surabaya. Dari Jember saya naik travel malam hari.

Ketika hampir sampai di Surabaya, saya tertidur dan bermimpi.Dalam mimpi saya, tinggal 2 orang di dalam travel yang belum diantar sopir, yaitu saya dan seorang ibu.
Kemudian sopir bertanya pada si ibu. "Turun mana, bu?". Si ibu bingung dan akhirnya saya bantu mencari lokasi dgn google map. Kemudian menemukan lokasi.
Saya pun bertanya "Markukulus ya, bu?"
Ibu di belakang saya menjawab "haa?" dengan nada bingung.
Dan seisi travel terheran-heran melihat saya. Krik..krik..krik... Suasana sepi. Dan akhirnya saya menjawab sendiri "ooh... Ngigau" lalu membuka hp untuk menutupi rasa malu.
Huuftt.... Kenapa ada saja kejadian seperti ini. Menjatuhkan harga diri.

Pagi jam 5 saya sudah sampai di rumah Ina. Ina ini tetangga nenek saya dulunya. Seperti biasa, saya numpang transit dengan seenaknya di rumah orang. Paginya mbak Rosa datang menghampiri ke rumah Ina karena tempat kerjanya tidak jauh dari situ.

Daripada bengong sendirian, akhirnya saya memutuskan berjalan-jalan keliling Surabaya. Sendirian tentunya. Karena mbak Rosa dan Ina harus bekerja.

Saya dicampakkan dari becak oleh Ina dan mbak Rosa di House of Sampoerna. Sendiri seperti anak ilang. Dan saya pun mendaftar untuk Surabaya Heritage Track yang pertama jam 9 pagi. Free!

Bis Surabaya Heritage Track yang Mengantar Berkeliling


Hari itu bis Surabaya Heritage Track sudah dibooking oleh anak-anak TK. Beruntungnya ada 2 kursi kosong jadi saya dan seorang cewek berhasil menyempil. Kami pun berkenalan. Namanya Luluk, asli Banyuwangi tapi kerja di Surabaya.

Teman Perjalanannya Anak TK lengkap dengan Ibunya


Bis pun berkeliling sekitaran utara Surabaya. Guide menjelaskan bermacam-macam bangunan. Pastinya saya lupa semua. Lokasi pemberhentian pertama kami adalah Perpustakaan Umum Kota Surabaya yang terletak di Balai Pemuda.

Bangunan Perpustakaan Umum Surabaya di Balai Pemuda

Selain buku dari berbagai jenis genre. Juga terdapat beberapa PC untuk berinternet. Semuanya free di sini. Sayang abangnya gak free padahal kalo free mau saya bawa pulang.
 

Berbagai Macam Bacaan di Perpustakaan Umum
 Komputer untuk Berinternet-ria

Pemberhentian selanjutnya adalah museum Bank Indonesia. Dahulunya ini merupakan bangunan Bank Indonesia namun setelah pindah ke lokasi baru bangunan ini dijadikan museum. Kini nama tenarnya menjadi De Javansche Bank.

Koleksi Uang dari Jaman Baheula

Di museum ini terdapat berbagai macam peninggalan sejak jaman Belanda, diantaranya : mesin pencetak uang, perusak uang, penghitung uang, lemari besi sebagai tempat penyimpanan dan sebagainya. 

Mesin Perusak Uang

Mesin Penghitung Uang

Bangunan Tua di depan De Javansche Bank

Bis pun kembali ke House of Sampoerna. House of Sampoerna sendiri telah dibuat menjadi museum. Lokasi ini awalnya merupakan panti asuhan yang kemudian dibeli dan dibangun menjadi pabrik rokok.

Bagian Luar House of Sampoerna

Bahan dan Alat Pembuatan Rokok

Mesin Pencetak Bungkus Rokok

Galery Koleksi Pemilik Pabrik Rokok
 
Di sini juga masih digunakan sebagai tempat produksi rokok kretek. Agak lucu juga saya melihat cara produksinya. Cara buruh bekerja ternyata sangat cepat. Mereka seperti video yg dipercepat 4x. Iseng-iseng saya menghitung untuk membungkus 1 bungkus rokok hanya dperlukan 7 detik saja. Bayangkan gerakannya seperti apa. Namun untuk kegiatan pembuatan rokok ini dilarang untuk didokumentasikan karena merupakan rahasia perusahaan kali yah.

Siang yang terik membuat saya dan teman baru saya kelaparan. Karena Luluk membawa motor, saya menebeng. Kami kembali menuju De Javansche Bank. Bukan mau masuk lagi k museum, tapi kami makan mie yang terletak di depan museum ini.

Selesai makan kami menanyakan persewaan helm pada tukang parkir. Dan dengan baik hatinya dia meminjamkan helm miliknya pada saya. Ya ampun bang... Kamu so sweet banget sih 😍
Kok dia percaya banget ya sama kami. Tanpa jaminan. Mungkin wajah kami kelewat innocent.

Saya dan Luluk melanjutkan perjalanan kami hari itu ke Tugu Pahlawan. Tugu yang sering saya lewati saat berada di Surabaya, tapi belum pernah sekalipun mampir ke sana. Tugu Pahlawan dibangun untuk mengenang keberanian arek-arek Suroboyo pada tanggal 10 Nopember 1945, yang biasa kita peringati sebagai hari Pahlawan.

Tugu Pahlawan Surabaya

Bangunan di Depan Monumen Tugu Pahlawan

Mobil Bung Tomo (Sayang euy, mending Dikasih ke Saya)

Meriam Tembak Jadul


Waktu masih cukup panjang hingga saat saya bertemu mbak Rosa. Akhirnya kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke Museum Kesehatan. Untuk masuk museum ini hanya ditarik biaya Rp 1.500/orang.

Ada dua tempat di museum ini. Pertama lokasi pengobatan modern yang berisi berbagai macam peralatan kesehatan maupun patung anatomi tubuh manusia dan hewan. 

Sekolah Kedokteran Jaman Doeloe

Berbagai Macam Alat Kesehatan

Ikatan Kimia Kolesterol (Langsung Pening)


Dan lokasi kedua adalah kesehatan budaya. Agak bingung juga saya apa maksudnya. Ternyata berhubungan dengan kepercayaan dan tradisional. Jadi di dalamnya berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan, pegobatan tradisional, bahkan hal-hal metafisika macam santet, pelet, jelangkung dan sebagainya. Sampe pusing pala berbi.

Penyakit dari Genetika (Berasa Kuliah Biologi 3SKS)

Bekas Santet, Pelet, etc (Metafisika)

Boneka Jelangkung dan Nini Towok

Kira-kira Ini Buat Apa ya?


Waktu sudah menjelang sore ketika kami akhirnya memutuskan untuk mengembalikan helm si tukang parkir. Dari kejauhan terlihat si abang parkir ini wajahnya lesu. Dan ketika saya melambai sambil berteriak di atas motor "Mas... Mau balikin helm nih". Si abang mukanya langsung girang dan heboh sendiri berteriak pada teman-temannya "Wooiiii helmku mbalik". Hahahahaaa.... Ngakak terus saya kalau ingat ini. Mungkin tadinya dia berpikir saya bakal nyolong helmnya buat djadiin bahan pelet. Maaf ya bang pinjemnya lama. Dan dia gak mau dbayar. Helmnya balik aja dia bahagia banget. Makasih abang parkir semoga kebaikanmu mendapat balasan lebih banyak.

Luluk & Me


Setiap perjalanan selalu memiliki kisah baru. Seperti halnya pertemanan baru saya dengan Luluk. Yeaaayyy... See You next time 😘