Translate

Rabu, 08 April 2015

Wisata Singkat di Payangan Beach & Sambuja Hill



Setelah hampir 2 bulan di rumah menemani ayah, akhirnya saya nemu teman buat diajak maen. Kali ini saya pergi bersama teman SMA dulu, namanya Amel. Kebetulan hari Minggu itu dia berniat jalan-jalan dengan teman kerjanya : Siska lengkap dengan suami dan anaknya, Niken, Fifi dan Deni. Saya pun menyempil ikut diantara grup mereka. Hehehehee...

Pasti pada gak tau kan Pantai Payangan dan Bukit Sambuja letaknya dimana? Saya juga baru tau. Lumayan... sambil promosi kampung sendiri. Kalau pernah baca tulisan pertama saya tentang Pantai PaPuMa, nah pantai Payangan ini lokasinya masih di sekitar sana juga kok. Tepatnya di daerah Ambulu-Jember sekitar 40km dari pusat kota Jember ke arah selatan.

Kami tiba di lokasi sekitar jam 9 pagi. Yang membuat jengah di tempat wisata ini adalah kondisi lokasi parkir. Tukang parkirnya heboh banget kayak ngajak ribut nyuruh kita parkir di tempat dia. Banyak banget lokasi parkir yang bertebaran, kami memilih lokasi parkir paling ujung agar lebih dekat berjalan kaki ke arah pantai dan bukit.

Dari lokasi parkir, laut memang tidak langsung terlihat, masih harus berjalan kaki dulu sekitar 500m, baru terlihat deh pantainya. Kami seperti melewati gurun pasir, pasir menuju pantainya panas banget, mungkin ini yang bisa dipakai buat goreng kerupuk pasir. Dan sepanjang jalan menuju pantai banyak terdapat tanaman rumput yang menyerupai bulu babi.
Tanaman Bulu Babi

Pantai Payangan memang tidak seramai pantai PaPuMa, jadi terlihat lebih menenangkan. Tapi kalau ombaknya ya jangan tanya, ini kan pantai selatan, pastinya ombaknya lumayan besar.
 Shan Cai versi Syariah

Sebenarnya pantainya biasa saja sih dengan pasir berwarna hitam, yang membuatnya menarik ada satu pulau kecil yang terlihat dari pantai ini, selain itu juga berjajar bebatuan mengelilingi pantai. Ketika kami berada di pantai terdengar sirine, sepertinya melarang para pengunjung untuk berenang, karena informasi yang disampaikan tidak terdengar dengan jelas.
 Plis mbak Amel... Galau Boleh, tapi Jangan Terjun ya

Nah di sekitar pantai ini ada beberapa bukit. Kami hanya sempat naik satu bukit saja yaitu Bukit Sambuja, alasan pertama karena ada anak kecil, alasan kedua kami aja sih yang gak kuat nanjak.

Di bukit Sambuja ini terdapat sebuah makam, yaitu makam Mbah Sambojo. Agak bingung juga saya siapa dia sebenarnya, ketika saya tanya pada penjaganya jawabannya berbelit-belit (mbulet kalo bahasa Jawa-nya). Dari yang saya tangkap, mbah Sambojo ini sepertinya sih semacam ‘orang pintar’ gitu. Yang bikin saya mikir, kenapa kok iseng banget dimakamkan di bukit? Apa gak kasihan sama yang bawa jenazah naik bukit yang lumayan terjal begitu? Yo wes ben lah, yang penting saya naik aja ke bukit.
Akses Naik ke Bukit Sambuja

Ketika akan naik bukit ada tulisan yang mengharuskan kita membaca Ayat Kursi. Lha tapi saya gak apal, om. Kumaha ieu? Dan kejadian kontrasnya adalah, si penjaga malah nyalain lagu-lagu Campur Sari dan Koplo dengan kenceng. Baca Ayat Kursi diiringi lagu Sahara??? Hadeeh...
Pemandangan Arah Berlawanan Pantai Payangan dari Bukit Sambuja

Dari atas bukit Sambuja inilah baru pemandangan indah mulai terlihat. Ternyata ada beberapa daratan timbul di air laut (saya tidak bisa memastikan apakah ini adalah pulau), yang berjajar dengan indahnya. Kalau kata teman-teman Amel ‘anggap saja Raja Ampat’. Heheheheee...
Pantai Payangan dari Ketinggian

Banyak muda-mudi yang naik ke bukit ini, ada yang pacaran (gak usah envy deh), ada yang datang bersama gengnya sambil bawa gitar, ada yang bergaya bak foto model, ada yang bermalas-malasan seperti kami duduk-duduk di bawah pohon sambil ngobrol gak jelas.

Ketika kami perhatikan, beberapa dari pengunjung naik bukit menggunakan helm. Mungkin supaya aman kali yah dan gak ditilang pak Polisi, atau biar gak ketauan kalau lagi selingkuh? Entahlah, gitu aja kok dibikin pusing sih, Tin...
Nangkring di Bawah Pohon sambil Ngobrol

Oiya, kalian harus berhati-hati kalau naik ke atas bukit. Saya sempat tertancap ranting kecil hingga berdarah dan pada turunan agak curam saya terpeleset dengan indahnya. Sakit sih gak seberapa tapi diliatin orang-orang itu kan malesin. Untungnya saya gak malu, kan urat malunya udah kiwir-kiwir hampir putus (bahasa opo iki?).

Setelah menuruni bukit, kami melanjutkan berjalan-jalan di sekitar bukit Sambuja. Di sebelah barat bukit Sambuja terlihat jajaran bebatuan pantai yang memecah ombak. Sayangnya tidak ada momen yang tertangkap kamera.
 Gugusan Batu di Barat Pantai Payangan dan Bukit Sambuja

Dari bebatuan ini, batu tinggi di pantai PaPuMa yang merupakan ikonnya juga terlihat walaupun sangat jauh.
Lingkaran Merah adalah Batu Tinggi di Pantai PaPuMa

Begitulah wisata singkat di hari Minggu ceria itu. Saya sempat mampir ke rumah Amel untuk sekedar absen sama rumahnya dan segera pulang. Karena seperti biasa... ayah saya bolak-balik menelpon, khawatir sama anaknya yang cantik. Halaah...