Translate

Minggu, 04 Januari 2015

Kenangan Lampion dan Pesona Jogjakarta

Tujuan utama wisata kali ini adalah melihat pelepasan lampion di Borobudur dalam acara peringatan Waisak sekaligus mengelilingi sekitaran Jogjakarta. Perjalanan ini kembali dikomandoi oleh abang Duta, komandan kami ketika wisata di Pantai Sawarna. Satu note : teman saya ini dikenal suka menawar segala sesuatu bahkan di supermarket sekalipun, selalu mengusahakan apapun untuk mencapai harga minimum. Pernah suatu kali kami mau nongkrong sekedar menunggu teman, kami masuk ke salah satu cafe dan sudah duduk, waiter pun memberikan daftar menu, setelah melihat harga snack dan minuman yang terhitung mahal, dengan santai dia mengajak keluar. Bang duta... kamu luar biasa... (pake nada ariel). Karena kelebihannya ini, dia memiliki nama alias, yaitu : Duta "Juara Murah" Akbar. Alhamdulillah ya punya teman begini, pan lumayan bang buat berhemat...

Duuh... kalo inget perjalanan ini, saya merasa seperti wonder woman. Kok bisa? Jadi begini... Kami akan naik kereta dari Jakarta jam 12 siang, jam 12 kurang saya masih di KRL dari Bogor menuju Jakarta, tiket kereta pun belum ditukar. Walhasil begitu sampai Stasiun Kota, kereta sudah siap berangkat di jalurnya, bak sinetron saya pun berlari menuju loket penukaran tiket. Untung abangnya baik, dia langsung membantu saya tanpa perlu mengantri. 

Tiket selesai diprint, dan pluit pun telah dibunyikan menandakan kereta siap berangkat sedangkan saya masih di depan loket. Akhirnya saya berlari-lari memasuki petugas jaga dan mengejar kereta yang sudah berjalan lambat. Yang lebih memukau lagi adalah banyaknya orang yang menyemangati saya berlari mengejar kereta, seolah-olah saya sedang dalam perlombaan sprint antar kampung. Kereta yang sudah berjalan membuat saya agak sulit untuk melompat ke dalam, tapi dari luar ada abang yang membantu mendorong saya masuk dan dari dalam kereta ada abang lain yang menarik saya. Dan... saya pun berhasil naik ke dalam kereta ekonomi Gaya Baru Malam Selatan tersebut. Ini adalah adegan nyata tanpa stuntman, tapi jangan ditiru ya!! Terima kasih teruntuk abang-abang semua, jasa kalian sungguh sangat berarti. 

Dalam perjalanan panjang Jakarta-Jogjakarta seperti biasa kami menikmatinya dengan ngobrol dan makan. Jaman itu di dalam kereta api ekonomi masih boleh pedagang masuk untuk berjualan, dan kami (red. saya dan Dina) menghentikan semua abang-abang jualan yang lewat, kami beli semua jenis makanan. Bahkan kalau abangnya dijual pun akan kami beli. Dasar Sumanto!
Nananananana, tidak berhenti makan...

Malam harinya sekitar jam 9, kami tiba di stasiun Lempuyangan. Hanya menunggu sejenak, teman saya dari Klaten yaitu Danang, datang menjemput. Tidak sendiri, dia ditemani oleh temannya, sesosok makhluk besar, yang diperkenalkan sebagai... "sebut saja Sofyan". Hehheheee... Ini adalah awal pertemuan kami dengan si makhluk ini. Di kemudian hari dia bekerja di Purwakarta dan kadang bermain bersama kami di Jakarta atau pun di Bogor.

Dengan berdesakan di dalam LGX Danang, kami pun melaju menuju Tugu untuk menunaikan kewajiban cacing di perut yang mulai berdemo. Makan malam lesehan dengan suasana kota tua nya Jogjakarta, diiringi abang pengamen yang menyanyikan tembang lawas, semakin memperindah suasana. "Musisi jalanan mulai beraksi, seiring laraku kehilanganmu. Merintih sendiri, ditelan deru kotamu..." Untung gak lagi patah hati pas dengernya.
Lesehan ditemani abang pengamen

Keesokan paginya kami siap dengan tujuan pertama yaitu arung jeram di Progo bawah. Lokasi Progo terletak di Magelang, tidak jauh dari Candi Borobudur. Dari Jogjakarta menuju Magelang, perjalanannya cukup hot dan lama. Sekitar jam 10 kami tiba  di lokasi arung jeram, instruktur memerintahkan kami terbagi menjadi beberapa tim dimana laki-laki dan perempuan dikomposisikan dengan jumlah hampir sama. Kami semua terpencar menjadi banyak tim, saya satu tim dengan Danang, icha dengan Sofyan, Dina dengan Dolok, dan sebagainya. Dimana setiap tim terdiri dari 5-6 orang dan didampingi oleh 1 orang pemandu.


Beginner arung jeram

Adu balap di sungai pun menjadi adegan yang menegangkan, seru dan lucu karena semua tim ingin memimpin di depan. Mendayung dengan kuat, lebih tepatnya mengandalkan Danang dan menyemangati agar bisa mengejar ketertinggalan. Di tengah perjalanan disediakan lokasi untuk beristirahat dan disediakan snack dan air kelapa. Menyegarkan...


Segarnya es kelapa muda

Melihat tim lain ada yang sudah selesai beristirahat, kami pun segera menaiki rubber boat. Biasa... cita-cita jadi yang pertama datang agar tidak berebut kamar mandi. Heheheehee... Kebetulan tim saya dan icha termasuk yang awal sampai di finish, kami pun segera naik angkot yang disediakan untuk menuju tempat mandi. Oiya arung jeram di daerah ini termasuk dalam kategori beginer, sehingga arus sungai tidak terlalu kuat dan kami sedikit sekali menemukan jeram. Berdasarkan KBBI arti jeram adalah : aliran air yg deras dan menurun (air terjun di sungai); penderasan.

Mandi, makan siang dan sholat jamak pun dilakukan. Kami bersiap melaju menuju Candi Borobudur untuk menikmati acara pelepasan lampion. Setelah melewati ribuan kendaraan di jalan dan terjebak kemacetan, sekitar jam 4 sore kami sampai di Candi Borobudur. Disini semua orang tumpah ruah, seperti konser SLANK atau Iwan Fals saja (apapun konsernya cukup satu benderanya). Banyak sekali pengunjung, baik dari umat Budha yang akan melakukan upacara hingga para pengunjung yang ingin melihat prosesi upacara.


Biksu yang sedang memimpin doa
Semua orang pun mulai bergerak menuju area Candi Borobudur. Di tengah jalan, saya yang berjalan bersama Danang dan Sofyan tiba-tiba ingin ke kamar kecil. Ternyata Danang juga. Dan kami pun menitipkan pada Sofyan agar mencegat teman-teman yang lain untuk mengabarkan kami masih di toilet. Toilet wanita sangat "wow" antriannya bahkan ada yang masuk berdua ke kamar mandi. Salome, neng? (red. satu lobang rame2).

Setelah mengantri hampir setengah jam akhirnya saya menyelesaikan hajat yang tertunda. Saya pun keluar mencari Sofyan dan Danang, dan kabar baik yang saya peroleh adalah Sofyan melewatkan rombongan teman-teman kami dengan berbagai alasan. Mungkin mereka sebenarnya ingin menculik saya, seperti serigala ingin menculik Masha dari Bear. Hasil dari perbuatan Sofyan ini adalah kami bertiga bak anak ayam terpisah dari emaknya. Sinyal hape susah, apalagi di tengah lautan manusia, gimana cara mencari mereka? Ya sudahlah... kami pasrah melanjutkan naik ke altar upacara Borobudur.

Lautan manusia di Candi Borobudur
Ditemani rintik hujan senja itu kami mencari tempat yang pas di lapangan untuk melihat prosesi upacara Waisak, berdesakan dengan pengunjung lain. Doa-doa dan acara sambutan dari berbagai pihak pun dilakukan. Sudah sekitar jam 10 malam, hujan semakin tidak bersahabat, sehingga kami bertiga memutuskan untuk menepi ke bangunan terdekat, dan akan kembali saat pelepasan lampion dilakukan. Namun tidak lama kami mendengar kabar bahwa pelepasan lampion tidak dapat dilakukan malam itu karena cuaca tidak mendukung. Yaaahh... gagal deh cita-cita berfoto seperti di bawah ini. Tanpa isak tangis kami berjalan gontai dan masih saja terpisah dari rombongan teman-teman kami, menunggu kabar sambil makan p*p mie, siapa tau ketemu cewek cantik dari Hongkong.
Cita-cita yang belum tercapai

Jadwal kereta yang akan kami naiki berangkat dari Jogjakarta sore hari esok harinya, sehingga kami memanfaatkan waktu pagi hingga siang hari untuk berkeliling Jogjakarta. Pagi hari kami menuju ke Keraton Jogja. Keraton Yogyakarta atau biasa disebut Keraton Jogja merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya. Selain itu tempat ini juga menyimpan museum dari peninggalan budaya Jawa masa lampau. Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya Hutan Beringin sebagai tempat berdirinya kraton dikarenakan tanah tersebut diapit dua sungai sehingga dianggap baik dan terlindung dari kemungkinan banjir. Meski sudah berusia ratusan tahun dan sempat rusak akibat gempa besar pada tahun 1867, bangunan Kraton Yogyakarta tetap berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik (dikopi dari warung http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage-sight/kraton/).

Bayangkan seluruh orang ini masuk dalam LGX milik Danang
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di Keraton Jogja adalah melihat aktivitas abdi dalem, melihat-lihat koleksi barang dan lukisan di museum. Selain itu  wisatawan juga bisa menikmati pertunjukan seni, sayangnya saat kami kesana sedang tidak bertepatan dengan jadwal pertunjukkan.
 Mencoba sok memahami lukisan
Upaya menggoda patung abdi dalem yang tidak berhasil
Selanjutnya adalah menuju Taman Sari. Taman Sari sendiri adalah tempat beristirahat dan pemandian bagi Raja beserta istri-istrinya. Konon ceritanya para istri-istri Raja akan mandi di kolam yang terletak di tengah Taman Sari, kemudian sang Raja akan mengintip dari bagunan menara untuk memilih seorang istri untuk menemaninya. Raja... hati-hati bintitan loh! Enak bener jadi Raja. Coba perempuan boleh poliandri, saya juga mau ah begitu. Yaelaah... satu aja belom nyangkut.
 Pintu masuk Taman Sari
 Pemandian para istri Raja
Menanti panggilan dari pilihan Raja

Selain itu juga terdapat puing-puing bangunan. Pada salah satu bagian ruangan, terdapat lubang di bagian atas, yang dipercaya sebagai tempat bersemedi sang Raja. Di dalam Taman Sari juga terdapat pengrajin wayang, sehingga kita dapat melihat proses pembuatan wayang.

 Puing bangunan Taman Sari (abaikan model)
 Bapak pengrajin wayang

Perut keroncongan membawa kami untuk mencari gudeg. Dan mampirlah kami ke salah satu tempat makan gudeg di daerah Wijilan. Sayangnya pelayanan yang kami terima saat itu kurang memuaskan, dan seperti biasa abang Duta pun mengomel dengan pelayanan tersebut. Untung ada tukang ngamen yang sedikit menghibur hatinya, jadi dia ikut berdendang menemani si abang pengamen.
 
 Duet maut bang Duta dengan abang pengamen

Kami pun melaju menuju pasar Bringharjo untuk sekedar melihat-lihat atau pun mencari oleh-oleh. Berjalan-jalan berkeliling pasar sambil menikmati suasana Jogjakarta, panas sih pastinya tapi tetap menyenangkan. Oiya, dalam perjalanan kali ini kami mendapat satu lagi teman baru yaitu Yesika yang berasal dari Blitar.
Berhenti hanya untuk berfoto

Sore hari sudah menjelang, untuk menghindari melakukan perbuatan bodoh seperti yang saya lakukan saat berangkat, kami diantar oleh Danang dan Sofyan menuju stasiun. Lebih baik menunggu daripada ditinggal. Hehehhehee... 

Ketika kereta api sudah melaju meninggalkan Jogjakarta kami mendapat kabar gembira tapi menyedihkan, yaitu bahwa pelepasan lampion Borobudur dilakukan malam ini. Okelah kalo begitu... (sambil nyanyi-nyanyi lagu warteg boys).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar