Translate

Senin, 12 Januari 2015

Nyetrika Jakarta-Semarang-Pati

Kenapa judulnya harus nyetrika? Karena bener-bener gak sempet jalan pas pergi kali ini.
Kenapa masih ditulis di blog? Karena ada beberapa hal yang sepertinya menarik diceritakan.

Memang sih pergi ke Semarang untuk sebuah pekerjaan, biasanya saya selalu menyempatkan jalan-jalan, tapi kali ini gak sempeettt... Padahal sebelum berangkat ke Semarang saya sudah mencari link teman yang bisa diajak maen di sana. Tita, teman kosan lama saya merekomendasikan adek kelasnya Zen untuk menemani saya berkeliling Semarang.

Sebelum subuh saya sudah berangkat dari Bogor untuk menuju Bandara Soetta. Jangan bayangkan rumah saya di dekat Kota Bogor. Rumah saya terletak jauh sekali dari kota, sekitar 2 km lagi dari Kampus IPB Dramaga. Jadi saya benar-benar harus berangkat lebih awal kalau mau keluar kota.

Saya pergi bersama mas Arko, pak Y (duuh.. pak, punten saya lupa nama bapak) dan anak lelakinya. Kebetulan anak pak Y diterima di salah satu perguruan tinggi Semarang, jadi sekalian beliau mengantar anaknya untuk pindahan dan registrasi.

Sampai di Semarang kami langsung menuju salah satu hotel yang memang sudah dipesan. Rate nya lumayan tinggi tapi lagi dapet diskon, jadi masuk deh sesuai anggaran. Kami beristirahat sebentar, untuk kemudian makan dan langsung menuju sebuah kantor dinas propinsi.
Percuma hotel bagus kalo belum ada teman hidup (apa hubungannya??)

Di kantor dinas kami mengambil beberapa data yang dibutuhkan. Bertemu dengan seorang Kabid, bapaknya manis ih, padahal udah berumur. Halaah.... Setelah itu kami meminta pendampingan untuk perjalanan besok menuju Pati.

Keesokan paginya sekitar jam 7, kami sudah bersiap untuk menuju Pati. Ternyata perjalanan Semarang-Pati itu cukup panjang karena ditambah kemacetan dan adanya kecelakaan di jalan. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh sekitar 1,5 jam jadi 2,5 jam deh. Sesampainya di Pati kami langsung menuju dinas terkait.

Karena kebetulan Jumat siang itu akan dilakukan diskusi stakeholder terkait untuk membahas masalah yang sedang terjadi di Pati, jadilah kami mendadak menjadi tamu undangan pada diskusi tersebut. Seselesainya sholat Jumat, kami langsung menuju sebuah rumah makan di Pati. Rumah makannya punya beberapa tulisan unik deh.
Mendadak ikut diskusi di resto kocak ini

Salah satu hal yang membuat saya tertarik adalah kondisi perikanan tangkap di daerah ini. Nelayan di daerah ini sudah cukup maju. Jangkauan penangkapannya juga sudah luas, hingga sampai di Selat Karimata. Sekitar 30% dari kapal juga sudah memiliki sistem refrigator yang baik, sehingga mereka dapat melaut berbulan-bulan dan hasil tangkapan dijual dalam kondisi beku. Selain itu kondisi sosial nelayan sudah baik, hal ini terlihat dari berjalannya kelembagaan yang ada, kesadaran pemilik kapal untuk mengasuransikan anak buahnya ketika akan berlayar, serta masuknya lembaga peminjaman modal untuk nelayan dengan baik. Tentu saja hal ini dapat menjadi contoh untuk daerah-daerah lain di Indonesia yang masih mengalami banyak kendala dalam kegiatan perikanan tangkapnya. Hal yang lebih mengesankan, Bank Daerah sudah siap untuk melakukan penarikan retribusi hasil tangkapan melalui bank. Menurut stakeholder sudah ada beberapa daerah lain yang melakukan studi banding untuk meniru kesuksesan nelayan di daerah ini. Maju terus Pati! Maju terus perikanan Indonesia!
Foto bersama dulu di depan kapal

Sore telah menjelang, kami pun berpamitan untuk kembali ke Semarang. Dalam perjalanan, kami sempat mampir di Masjid Agung Pati untuk sholat Ashar dan ngemil sekoteng di depan masjid.
Masjid Agung Baitunnur, Pati
Gagal sudah rencana saya untuk berkeliling Semarang dengan Zen, karena kami baru tiba di hotel jam 9 malam. Dan kata Zen, Kota Semarang tidak memiliki tempat kongkow malam yang bisa dikunjungi. Ya sudahlah... saya pun bersiap, karena pagi-pagi sekali saya dan mas Arko harus kembali ke Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar