Mangroving di Muara Gembong, Bekasi

Apa sih mangroving itu? Mangroving adalah upaya untuk menanam mangrove.
Apa itu mangrove? Mangrove adalah hutan bakau yang terletak di pesisir pantai.
Apa manfaat mangrove? Mangrove memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai tempat memijah dan membesarkan anak bagi banyak spesies laut, menjaga daratan dari abrasi/pengikisan oleh air laut ataupun terjangan ombak dan tsunami, selain itu batang kayu dan buah dari mangrove juga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk di sekitar mangrove.
Apa yang menyebabkan manusia menebang hutan mangrove? Banyak alasan yang dikemukakan seperti memenuhi kebutuhan yang berubah menjadi keserakahan, membuka lahan untuk tambak tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan di kemudian hari.
Apa yang terjadi dengan mangrove di Muara Gembong, Bekasi? Mangrove di daerah ini mengalami banyak pengurangan akibat pembukaan lahan untuk tambak pada sekitar tahun 1980an. Hal ini menyebabkan terjadinya abrasi daratan yang cukup besar. Selain itu habitat hewan asli di mangrove seperti lutung dan hewan lainnya juga terganggu.

Suatu waktu om Ali (sebenarnya bukan om2, ini salah satu teman saya ketika jalan-jalan ke Sawarna dan Jogja) menawarkan di grup whatsapp untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sebuah komunitas yaitu SAVEMUGO www.savemugo.org untuk mangroving di Muara Gembong. Peserta membayar Rp 150.000,- untuk biaya transportasi, makan siang, snack, sertifikat dan biaya pembelian 2 batang pohon mangrove untuk ditanam serta sudah termasuk donasi. Kebetulan waktu itu acara ini akan diliput oleh salah stasiun tv, sehingga pada hari H juga dikibarkan bendera Merah Putih sepanjang 68 meter (kalau saya tidak salah).

Hari itu, saya bersama Icha (kamu mulu sih), Agri, Ika, Elsa (temennya Ika), om Ali dan om Meyer (teman komunitas BUKU BERKAKI Icha dan om Ali) bergabung dengan rombongan Gufron (pemimpin rombongan) di SPBU dekat stasiun Bekasi untuk menuju Muara Gembong. Dari SPBU kami yang jumlahnya sekitar 20 orang naik truk tentara. Beberapa waktu lalu sempat ada bully2an terhadap Bekasi, sebenarnya saya tidak ingin ikut membully. Saya hanya jujur apa adanya kalo jalanan menuju Muara Gembong, Bekasi ini sungguh amat amit2. Jalanan tidak beraspal, licin dan lumpur karena hujan, lobang dimana-mana, jauuuuuuhhhh pula! Mungkin perjalanan kami menuju Muara Gembong sekitar 2 - 3 jam dengan kondisi jalan rusak tiada akhir.

Groufie doeloe

Kami pun tiba di Kantor Kepala Desa. Dari sini untuk menuju mangrove kami harus naik perahu. Perjalanan tidak terlalu lama hanya sekitar 15 menit. Perahu sandar dan saya bengong melihat kotornya sekitaran dermaga. Saya yang suka air jadi tidak mau berenang di situ karena melihat beberapa benda kuning mengapung. Oohhh noooo....

Perahu yang mengantar ke mangrove

Kami pun berjalan menuju lokasi mangrove. Karena mangrove hidup di tanah berlumpur, tidak heran kalau kami harus melewati lumpur-lumpur sepanjang perjalanan. Dan saya yang dengan anehnya menggunakan sandal gunung malah terperosok ke dalam lumpur. Abangnya telat bilang sih kalau disuruh lepas sandal. Walhasil kaki kami ternoda. Tapi no problem, kami perempuan yang tidak takut ternoda, karena sudah ada R*nso anti noda. Kan belajar kotor itu baik... jadi sering-seringlah main di tong sampah.

Berani kotor itu baik

Gadis-gadis ceria di Muara Gembong

Untuk menanam mangrove kami harus berendam di air yang tingginya sekitar 60-80 cm. Hanya saja karena substrat dasarnya adalah lumpur, maka panitia menyarankan kami untuk berjalan di atas lutut agar tidak terlalu sulit berjalan atau terperosok.

Mari menanam mangrove

Sebenarnya tiap orang berhak untuk menanam 2 batang mangrove. Namun ada beberapa orang dari kami yang tidak turun dan ada sangat banyak anak SMA yang ikut bergabung pada kegiatan ini sehingga akhirnya tiap orang menanam 1 batang mangrove. Kebetulan hari itu Ika dan Agri tidak ikut turun basah-basahan menanam mangrove karena lupa membawa jeroan (ati ampela keleus). Sedangkan om Meyer terlalu sayang pada kameranya dan tidak rela ikut mencebur.

Saya, Icha, Elsa dan om Ali segera mencebur begitu mendapat batang mangrove. Karena kami adalah pemuda pemudi yang bersemangat. Gak penting! Kami berjalan di atas lutut sekitar 10-20 meter untuk menuju lokasi penanaman mangrove. Dan di sana telah menunggu seorang panitia yang mengarahkan dimana kami harus menanam mangrove.

Lokasi penanaman mangrove dipasang pancang-pancang dari bambu yang sudah dibelah-belah dengan jarak satu dengan lainnya sekitar 1 meter. Selain diberi batang pohon kami juga diberi tali rafia, awalnya saya bingung apa manfaatnya. Ternyata... batang mangrove yang masih terbungkus plastik di bagian bawahnya dilepas, kemudian ditanam di dasar parairan, setelah itu agar tidak terbawa arus batang mangrove itu diikat pada pancang-pancang yang telah disediakan. Begitulah cara menanam batang mangrove.

Maen kereta api muterin aer

Setelah selesai menanam mangrove, kami bermain kereta api dulu di air. Sepertinya masa kecil kami terlalu bahagia, sehingga kami tidak bisa melupakannya. Setelah menunggu semua peserta lain selesai menanam mangrove, pengibaran bendera Merah Putih sepanjang 68 meter pun dilakukan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Merah Putih teruslah kau berkibar

Judul kegiatannya "Membangun Surga di Muara Gembong"

Indonesia adalah negara maritim karena 2/3 wilayah kita adalah lautan. Untuk menjaga daratan tempat kita tinggal, kita harus menjaga pesisir. Dan untuk menjaga pesisir, kita wajib menjaga mangrove.