Translate

Senin, 07 September 2015

Menemani Juragan Keliling Bali

Ooh no! Bali lagi Bali lagi. Mau gimana lagi, kali ini juragan Danang minta ditemenin maen di Bali ama gadis cantik. Jadilah saya harus menemani berkeliling 😝 


Rock Bar - Ayana Resort
Saya tiba di Denpasar hari Kamis pagi, sedangkan Danang siang harinya. Ada insiden kecil hari itu. Mas ipar saya pulang dari menjemput Danang, nyetir dalam kondisi mengantuk dan hasilnya nabrak pager rumahnya. Saya jadi gak berani membangunkan Danang yang tertidur dan kami pun terlambat berangkat untuk menanti sunset di Rock Bar - Ayana Resort.
Sebelum Kejadian Mobil Nabrak Pager

Sore itu kami juga berjanji bertemu dengan Yafie dan Rois. Yafie adalah teman Danang di Klaten yang kebetulan juga sedang liburan di Bali bersama keluarganya, sedangkan Rois adalah teman seangkatan Danang di kampus yang sekarang bekerja di Pelabuhan Benoa.

Karena Yafie menginap di Kuta, kami janji bertemu di Simpang Bandara. Apalah daya miskomunikasi. Yafie ternyata menunggu di simpang Kuta. Hahahhaa... Yo wes akhirnya kami hanya bertiga dengan Rois.
 
Pemandangan sunset dari Ayana Resort memang sangat menarik. Walaupun matahari sebagian tertutup awan namun keindahannya bisa dinikmati sambil bersantai ⛅.
Suasana Malam di Rock Bar

Ada beberapa restaurant dan cafe di Ayana Resort, salah satu yang menarik selain Rock Bar adalah cafe dengan konsep live music - romantic acoustics, lupa euy apa namanya. Sayangnya gak lagi ama calon suami. Maklum calon suami saya masih belum muncul pas di searching di mbah gugel.
Nampang dulu di Tempat Mahal

Menuju Rock Bar bisa melalui tangga atau pun melalui sejenis eskalator tapi memiliki ruangan kotak seperti lift, yang melewati taman. Menarik sekali. Untuk sajian makanan dan minuman di Rock Bar ini jangan ditanya lagi, harganya bikin yang liat daftar harga jadi mules deh pokoknya. Contohnya minuman semacam fruit juice, mocktail dan snack ringan dibandrol dengan harga Rp 60.000- Rp 120.000. Dan setiap pengunjung harus memesan minimal 1 item. Sebenarnya kalau kita nongkrong dari jam 3 atau jam 4 hingga jam 8an sih harga segitu masih bisa dinikmati. Tapi karena sunset yang kami lihat juga mepet jadi sayang aja bayar segitu tuh. Masih aja ngomel padahal gak ikut bayar bill 😅

Berasa Foto Model Banget deh Neng ini


Nite at Kuta-Legian
Ketika malam semakin larut kami pun menuju tempat Yafie menginap di Fave Hotel - Kuta. Kemudian berjalan-jalan di sekitar Kuta-Legian sambil melihat kehidupan malam bule yang keleleran di sepanjang jalan. Jam menunjukkan sekitar jam 11 malam ketika bar-bar mulai memperdengarkan dentuman musik. Kami sih hanya berjalan berkeliling, foto di monumen ground zero, dan nongkrong di cirkle K. Yang murah-murah ajalah ya bang, yang penting kan nongkrongnya ama saya yang baik... 😘
Yafie, Danang, Titin, Rois @ Ground Zero Monument (Kenapa saya jadi seperti dwarf)


Terrace Ceking dan Sunset Kuta
Di hari kedua tujuan sebenarnya adalah menuju ceking terrace di Ubud lanjut ke Kintamani dan beberapa pantai. Tapi itu hanya rencana. Kenyataannya hanya ke ceking terrace-Ubud, lalu ke bandara karena Danang reschedule tiket pulang, belanja di Joger, dan menanti sunset di pantai Kuta.

Saat kami tiba di ceking terrace, sawah dalam kondisi belum ditanami padi. Bagus sih, tapi tidak terlalu menarik karna warnanya kurang dominansi hijau.
Sawahnya lagi belum ditanami padi

Yang Penting Abang Bahagia

Dan yang penting saya ikut narsis

Seperti biasa... Kami terlambat tiba di lokasi untuk menikmati sunset Kuta akibat susah nyari parkiran. Ujung-ujungnya parkir dalam mall. Dan yang tersisa hanya jingga di langit yang mulai gelap. Nikmati saja keterlambatan ini.
Senja di Pantai Kuta

Siluet


Tanjung Benoa - Water sport
Di hari ketiga, akhirnya kami menggunakan motor. Dan Danang menyesal kenapa tidak dari hari pertama menggunakan motor. Kami kan hanya berdua dan saya navigator yang disorientasi, jadi nyasar mulu. Pakai mobil kan susah olah geraknya 😅
Yeaah... Akhirnya Motoran

Untuk menuju Tanjung Benoa, kami melewti tol. Tol di Denpasar ini memotong laut agar tidak memutar. Walaupun ini tol, tapi ada jalur khusus untuk kendaraan roda dua. Jadi mirip konsep Jembatan Suramadu gitu deh.
Gerbang Tol

Pemandangan Laut dari Jalan Tol

Nah... Watersport ini adalah salah satu tujuan utama Danang ke Bali. Karena dia penasaran bermain fly board. Belum semua lokasi water sport menyediakan permainan ini, karena ini tergolong permainan baru dan harganya juga cukup lumayan. Sepanjang Tanjung Benoa yang sempat kami lewati, saya hanya melihat 2 lokasi yang di luarnya memasang foto fly board. Dan mampirlah kami ke salah satu lokasi itu.

Setelah lama mikir dan nego dengan mbak salesnya, akhirnya diputuskan saya bermain parasailing dan Danang untuk menutupi rasa penasarannya bermain fly board. Jika ingin bermain di watersport sebaiknya memesan tiket online karena harganya memiliki selisih lebih murah. Hal ini disebabkan ketika langsung datang on the spot, harga adalah include semacam tip untuk salesnya.

Karena perjalanan kami kali ini lebih banyak tidak terduganya, ya sudah terima nasib saja bayar sedikit lebih mahal. Untuk parasailing harga yang saya dapat Rp 190.000 sedangkan untuk fly board Rp 750.000. Kalau untuk dokumentasi bagi yang bermain parasailing bisa didokumentasikan oleh temannya. Sedangkan untuk fly board harus menggunakan dokumentasi dari watersport. 1 lembar foto ukuran 4R harganya Rp 50.000, jika membeli 10 foto maka akan dikasih soft copy nya. Ini harganya kayak rampok aja ya, gak mau ditawar pulak... 😵

Sebenarnya saya agak takut ketinggian. Penyebabnya pernah bermain histeria dan berasa jantung ketinggalan di atas. Weleeh... Itulah salah satu penyebab saya takut loncat ke Kali Oya pada cerita sebelumnya. Dan saat ini saya mulai belajar memilih permainan yang berhubungan dengan ketinggian untuk mengobati rasa takut ini. 

Sebenarnya saya ingin parasiling sendiri tanpa didampingi guide. Tapi kata pemandunya bobot saya kurang, angin lagi kencang, jadi harus pake guide supaya beban bertambah. Jaelaah... emang 45kg kurang berat ya, om? Dulu saya gendut tapi dikatain kayak emak-emak makanya diet. Halaah... Malah curhat!

I will fly in to your arm...
 
Saya kira parasiling akan menakutkan. Ternyata sangat menyenangkan. Sampai saya minta nambah sama abangnya, tapi disuruh bayar lagi. Hufft...

Berhasil.. Berhasil... Hore!

Berikutnya giliran saya menunggu Danang. Saya tidak boleh ikut ke arena fly board yang terletak agak ke tengah laut. Menurut cerita Danang, bermain fly board harus penuh keseimbangan. Ada alat seperti sepatu yang dipasang di kaki yang terhubung dengan selang yang dihubungkan dengan jet ski. Jadi ketika jet ski di gas akan ada air yang keluar dari selang dengan tekanan tinggi sehingga kuat untuk memberikan gaya dorong. Tinggal si pemain mengendalikan keseimbangan. 

  
Gayanya kayak oke, padahal mau jatoh ini mah
 
Waktu datang, muka Danang sih merah kayak abis diapain gitu. Capek kayaknya, bolak-balik jatoh. Kebayang sih, saya mask clearing kemasukan air laut aja heboh, apalagi kebanting-banting dari alat begituan. Yang penting rasa penasaran sudah terbayar, dan kembali dalam kondisi sehat. Karena kabar dari guide, ada yang sampai patah tulang karena pas jatuh kejeduk jet ski. Oke, Done!

Berhasil.. !!!


Nusa Dua, Pantai Pandawa, Kampial dan Sunset di Pantai Blue point
Setelah capek nungguin Danang bermain fly boarding, kami muter-muter di sekitar Nusa Dua. Kami sempat masuk salah satu pantai. Tapi terlalu mainstream jadi keluar lagi.

Taman di Nusa Dua

Gerbang Nusa Dua (Nih lagi gantian Titin yang nyetir motor loh!)

Danang juga pengen melihat Pantai Pandawa. Ooh plisss... Bener-bener perjalanan kali ini saya cuma nganterin juragan Danang keliling. Lha wong beberapa tempat memang sudah saya kunjungi. Kalau menurut saya pribadi pantai Pandawa itu yang bikin menarik hanya tulisannya dan tebing menuju pantai. Pantainya mah biasa banget. Kami hanya berfoto di sekitar tulisan Pantai Pandawa saja. Dan menuju lokasi berikutnya... Blue point!

Tebing Menuju Pantai Pandawa

Pemandangan Pantai Pandawa dari Atas

Udah Kesampaian ke Pantai Pandawa

Sebelum melaju ke Pantai Blue Point, Danang mampir sholat di Kampial. Di tulisan yang pernah saya post di awal blog ini, saya pernah menceritakan tentang lokasi ini. Jadi di lokasi ini dibangun 5 tempat ibadah yaitu : Masjid, Gereja Kristen, Gereja Katolik, Pura dan Wihara. Keren kan...
Masjid Agung Ibnu Batutah di Kampial

Gereja Kristen Bukit Doa di Kampial
 
Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa di Kampial
 
Pura Jagat Natha Nusa Dua di Kampial
 
Wihara di Kampial


Seperti saya ceritakan sebelumnya, saya juga sudah berkunjung ke Pantai Blue Point. Hanya saja waktu itu tidak sampai turun ke bawah karena mengajak keponakan saya Kinanti. Itulah bedanya dengan perjalanan kali ini. Akhirnya saya menikmati pantai Blue point.

Pantai Bluepoint dari Cafe yang Berjajar di Atas

Kita dapat menikmati sunset di Blue Point karena lokasinya berada di barat, berbeda dengan Pantai Pandawa yang terletak di timur. Kami menikmati saat matahari terbenam di salah satu tempat nongkrong yang terdapat di pantai ini. Walaupun ternyata kemudian sang surya ketika akan tergelincir tertutup oleh awan. Nikmati saja setiap detik pergantian siang dan malam ini. Karena terdapat tanda-tanda kebesaranNya bagi makhluk yang berpikir. #tumbenwaras 😍 

Duduk sambil Menikmati Pendar Merah di Barat Langit


Pulau Menjangan
Ini adalah puncak acara kami kali ini. Perjalanan yang luar biasa sekali. Akhirnya tercapai salah satu cita-cita saya berkunjung ke Pulau Menjangan. Walaupun tidak bisa mencapai Pos 2.

Berkunjung ke pulau memang sebaiknya beramai-ramai supaya share cost jadi lebih murah. Awalnya saya dan Danang pasrah, kami hanya bisa pergi bertiga dengan Rois. Tapi kenyataan berkata lain. Rois memiliki kelihaian mengajak teman-temannya untuk ikut ke Pulau Menjangan. Maka kami pergi ber 9 hari itu.

Ada kejadian menarik yang ingin saya ceritakan disini. Jadi karena rumah mbak Lia tempat kami menginap di daerah Denpasar Timur, saya dan Danang memutuskan berangkat jam 3 wita, sebelum subuh. Rencananya agar bisa sampai Labuan Lalang tempat untuk menyeberang ke Pulau Menjangan yang terletak di sekitar Gilimanuk, sekitar jam 8 pagi. Kami pun melaju ke Pelabuhan Benoa untuk menjemput Rois yang tinggal di mess kantor. Masalahnya adalah kami tidak bisa menghubungi Rois, dan kami tidak tau kantor Rois yang mana karena terdapat banyak sekali kantor di sana, sedangkan Rois sendiri adalah kunci perjalanan karena 6 orang lainnya adalah temannya.

Akhirnya dengan ke-sotoy-an dan pede yang selalu melekat di diri, saya menebak bahwa Rois bekerja di kantor pengawasan. Kami langsung masuk ke kantor pengawasan. Dan dengan pede masuk ke bangunan belakang yang memang terlihat sebagai mess lalu berteriak heboh memanggil "Rois... Rois... Maen yuk!". Tidak lama kemudian muncul seorang mas berbadan agak tambun dan mengatakan bahwa tidak ada yang namanya Rois di kantor itu. Bengong. Dan akhirnya direkomendasikan ke kantor syahbandar. Kalau saya jadi si mas-mas itu kayaknya emosi deh. Jam 03.30 wita dibangunin sama orang salah alamat 😂. Tapi berdasar analisis seadanya dari Danang, katanya "Wajahnya gak kayak bangun tidur kok. Jangan-jangan lagi nonton film 'sesuatu' dini hari gini". Udah salah, masih aja suudzon 😅

Lalu saya dan Danang melanjutkan pencarian Rois ke kantor Syahbandar. Ketemu 2 orang bapak-bapak bertampang malas bin gak enak ngliat kami. Dan bisa ditebak, Rois juga tidak tinggal di sana. Dari kriteria kerja yang saya utarakan, mereka menyarankan kami untuk ke kantor UPT.

Kami pun menuju kantor UPT. Dari kejauhan terlihat motor Rois dengan plat Madiun. Fix! Pasti Rois tinggal di sini. Karena kantor dikunci dan Rois tidak bisa dihubungi, Danang langsung memanjat masuk ke dalam kantor. Ya ampun... Untung gak ada yang liat. Gak lucu aja kalo disangka maling di negeri orang begini 😰 .

"Rois... Rois... Mancing yuk!" teriak Danang dan beberapa saat kemudian akhirnya muncul juga Rois. Alhamdulillah... Ketemu juga ni anak ilang. Dari mess Rois, ada satu orang lagi yang ikut yaitu mas Bagio. Jadi 5 orang lainnya dimana? Ternyata tersebar di berbagai lokasi. Di kantor Pelabuhan Benoa yang lain ada mas Yoga, lalu keluar ke arah Denpasar ada mas Fahmi dan mas Wilo, lalu ke Tabanan ada mbak Atik pacarnya mas Wilo (dan akhirnya mereka mojok di sudut mobil bikin mupeng). Dan kami terjebak macet karena ada kecelakaan, mungkin sekitar setengah jam. Baru setelah itu menjemput personil terakhir yaitu mbak Indah di Negara. Si Danang udah mirip sopir travel antar kota dalam provinsi deh tuh  😜 . Yup... Overload pulak tuh avanza, yang penting hepi.

Ketika menunggu mbak Indah di depan gang, kami menyempatkan diri untuk sarapan bekal makanan yang kami bawa. Kami asyik seperti orang piknik dekat lampu merah dan diliatin orang-orang yang lewat. Bodo amat, banyakan ini... 😂

Piknik Dekat Lampu Merah, Makan sambil Nunggu Mbak Indah

Dari Negara perjalanan menuju Labuan Lalang, tidak terlalu jauh. Mungkin sekitar 1 jam. Setelah menghubungi bli Ketut guide kami, fitting alat snorkling, ganti baju, mengoles sun block (mas Bagio heboh banget pake sun blocknya sampe kayak mau nglenong 😝), kami pun menyebrang menuju Pulau Menjangan.

Perjalanan tidak terlalu jauh hanya sekitar 30 menit, sampailah kami di spot pertama. Di spot pertama banyak terjadi kendala. Guide yang seharusnya memimpin di depan terpaksa tertahan di belakang karena teman-teman ada yang bermasalah. Seperti ada teman yang belum biasa snorkling, google Danang yang tembus air dan terakhir kamera underwater yang kami sewa malah rusak kemasukan air. Jaaah... Jadi gak ada dokumentasi deh. Sedih 😭😭😭

Ciee... yang Pacaran sambil Snorklingan

Tapi yang namanya berwisata, jangan pernah menyesali kondisi apapun yang terjadi di lapangan. Just enjoy it! Walaupun gak ada dokumentasi biar tulisan saya saja yang bercerita. Jadi spot tempat kami snorkling airnya cukup jernih dan cukup banyak ikan yang berkeliaran. Lebih banyak dari yang saya temukan di Pulau Tabuhan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Pulau Menjangan. Terumbu karang didominasi karang keras, dan terdapat wall. Saya juga sempat melihat ikan berukuran cukup besar sedang berkeliaran diantara terumbu karang.

Puas berkeliling di spot pertama kami turun berjalan-jalan di Pulau Menjangan. Disebut Pulau Menjangan karena di pulau ini katanya hidup banyak menjangan. Tapi meskipun berkeliling mencarinya kami tidak berhasil menemukannya. Belom rejeki ketemu menjangan kali ya... Rejekinya maen ama kalian aja.

Pemandangan Dermaga dari Pulau Menjangan

Dokumentasi pun jadinya lebih banyak di darat. Oiya kami tidak dapat masuk ke Pura Ganesha yang terletak di Pulau Menjangan karena pintu masuknya kata bli Ketut terletak di Pos 2. Pos 2 sendiri seharusnya merupakan spot ke dua. Tapi apa daya karena kondisi cuaca dan angin kencang jadi lokasi ini ditutup untuk sementara waktu daripada dikhawatirkan ada korban.

Berkat tulisan ini Pulang dari Pulau Menjangan Mas Bagio Jadian, Ayo Traktiran!

Foto Keluarga Baru
 
Santai ae Jum, Ra Usah Mupeng

Ketika snorkling di spot kedua. Terumbu karang yang kami temukan cenderung lebih sedikit. Tapi saya dan Danang sempat melihat beberapa soft coral dan timun laut putih berukuran cukup besar sedang jalan-jalan di dasar perairan. Karena hari sudah semakin siang, arus semakin kencang karena pasang. Saya sempat disorientasi hampir salah masuk kapal orang lain. Celingukan dan berputar 360 derajat sampai melihat salah satu teman yang melambai, baru saya mengikuti arah lambaiannya. Dan akibat melawan arus dengan heboh saya kram dan kelelahan. Sekitar 5 m dari kapal saya minta ditarik sama guide nya agar mendekati kapal. Capek bang nglawan arus, mana fin kegedean dan bolak-balik copot. Hadeeh... 😢. Pengen beli fin sendiri deh jadinya. Tapi agak susah nyari ukuran mini.
Arus Mulai Pasang Saat Snorkling di Spot Kedua

Kami pun kembali ke Labuan Lalang. Setelah bebersih dan mandi, saya menyelesaikan urusan pembayaran pada si abang guide. Total pengeluaran kami untuk ke Pulau Menjangan adalah Rp 230.000/orang include perjalanan dari Denpasar, bayar guide, sewa kapal, sewa alat snorkling dan makan siang Ayam Betutu.

Untuk mengobati rasa penasaran plus kelaparan kami setelah berenang, akhirnya kami makan ayam betutu di Gilimanuk yang gosipnya paling enak. Karena saya bukan penggemar pedas buat saya sih biasa saja. Tapi itu nggak bisa jadi patokan karena menurut teman-teman lain enak kok. Malahan mbak Atik beli dibungkus buat kakaknya sekeluarga.
Makan Siang Ayam Betutu Gilimanuk

Dan selesailah perjalanan kami hari itu. Kembali diakhiri dengan mengantar teman satu per satu ke tempat asalnya. Danang bergantian menyetir dengan Rois, dan ada mas Wilo tim hore yang menyemangati. Ada sebuah kisah dari mas Wilo yang bikin kami ngakak gak berhenti. Ternyata di spot kedua mas Wilo bermasalah dengan dua hal, yaitu mual dan pengen pup. Yang akhirnya dia putuskan mengatasi salah satunya dengan meninggalkan napak tilas di Pulau Menjangan. Hahhahaaaa.... Ampun mas!

Kondisi over load dalam Avanza

Sekitar jam 10 malam akhirnya saya dan Danang tiba di rumah mbak Lia. Danang berkemas karena keesokan paginya pulang ke Klaten. Sebenarnya gak enak juga sama mbak Lia, ikut nginep di rumahnya tapi jarang keliatan. Muncul cuma bentar pergi lagi. Sama ponakan juga gak maen. Maaf ya mbak Lia, mas Huri, Kinan & Husna. Nanti tante maen-maen lagi kok, yang gak kelayapan sama teman, in syaa Allah.

Kolase Anggota Trip Pulau Menjangan


Kembali Ke Bogor
Dan cerita terakhir dari perjalanan kali ini adalah... Kejadian menjengkelkan yang lagi-lagi perbuatan maskapai singa merah. Check in saya ditolak karena kurang dari 45menit dari waktu flight. Padahal saya cuma telat 5 menit. Padahal dia hobi delay dan saya sering banget jadi korban. Padahal saya pengen nabok, tapi apalah daya, beginilah nasib konsumen di Indonesia. Gak bisa terima aja saya, karena yang menolak maskapai yang hobi banget delay dan bikin saya telat rapat atau jadi batal janji.

Akhirnya saya memutuskan flight malam dengan maskapai hijau idola saya. Karena hampir semua maskapai penuh hingga sore. Sebenarnya sih lebih suka maskapai yang biru tapi karena ini bayar sendiri jadi pake yang hijau deh. Hahahahaa 😄

Makasih mbak Lia sekeluarga, adekmu yang manis ini tar maen lagi buat ngribetin rumahmu. See you Bali... Nanti kita maen lagi ya teman-teman baru yang tinggal di Bali 🙋. Saya belum kesampaian menapaki Kintamani nih👣, nanti ajak saya maen ke sana ya!